Mohon tunggu...
Indigo
Indigo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penyimak persoalan-persoalan sosial & politik,\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

HAM & Pendidikan Politik Usia Dini

8 Maret 2012   10:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:21 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"untuk jadi gubernur itu harus pintar!, oleh karena itu harus rajin belajar"

Sang anak menganggukan kepala atas penjelasan yang diberikan oleh sang ibu.

***

Hak asasi manusia (HAM) yang didengung-dengungkan selama ini oleh aktifis HAM dunia, salah satunya adalah tentang kebebasan berpolitik. Karena hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki bahkan sejak sang anak masih dalam kandungan sang ibu. Bila kemudian dalam perjalanan hidup sang anak sampai pada saatnya untuk mengenal salah satu hak asasinya, yaitu hak berpolitik. Maka akan sampai pula dimana orang tua harus memberikan penjelasan yang cukup disesuaikan dengan usianya.

Perbincangan antara ibu dan anak tentang gubernur diatas adalah salah satu contoh, bagaimana seorang anak diberikan pemahaman baru tentang dunia politik, pemahaman yang mungkin kelak sangat berguna dalam pengimplementasian hak dan kewajibannya sebagai seorang warga negara yang memiliki hak berpolitik.

Dalam banyak kesempatan kita bisa saksikan bahwa hak politik seorang anak, dalam hal ini untuk mendapatkan pencerahan tentang informasi-informasi awal sesuai usianya sering tidak diberikan oleh orang tua dengan berbagai macam alasan. Bisa karena faktor pendidikan orang tua yang tidak cukup untuk menjelaskan tentang hal tersebut, tetapi banyak juga disebabkan oleh karena  anggapan bahwa dunia politik adalah dunianya orang dewasa atau orang tua saja.

Sehingga anak masuk dalam kondisi dimana ia tidak mengalami sebuah masa pendidikan politik dasar secara baik. Kelak saat ia dewasa ia hanya menjadi pewaris tabiat politik yang sudah ada sebelumnya. Belum lagi jika kemudian sang  anak hanya dicekoki oleh stempel buruk pelaku politik. Bahwa politik itu kotor dan kejam dan hanya untuk dijadikan sebuah tujuan bukan sebagai sebuah cara.

Menyingkirkan anak-anak untuk mengenali dunia politik sejak dini adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Bukankah kelak mereka adalah calon-calon pemimpin bagi negerinya ?, lalu mengapa mereka tidak diberikan kesempatan untuk mengenali dunia politik sejak dini?, bukankah disaat keemasan petumbuhan otak dan fisik mereka menjadi saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai berpolitik yang baik?.

Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, bagaimana proses sang pemimpin diberikan amanah rakyatnya, bagaimana sang pemimpin menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk kebaikan banyak pihak bukan hanya bagi kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya saja. Untuk hal-hal seperti itu, tentu kita bisa memberikan contoh panutan yang baik dari keteladanan pemimpin masa lalu. Bukankah itu sebagai sebuah pembelajaran politik bagi anak-anak kita.

Tetapi celakanya pihak-pihak yang menyingkirkan anak-anak dari dunia politik adalah notabene mereka yang berkecimpung dalam menyuarakan pentingnya menjunjung tinggi hak asasi manusia. Mereka yang mengaku sebagai para pembela hak asasi manusia itu turut serta dalam menjauhkan anak-anak untuk mengenal dunianya kelak ketika dewasa, yaitu dunia politik.

Banyak talkshow jelang pemilu maupun opini-opini yang tersampaikan diruang publik menyeruak masuk ditengah hingar-bingar kampanye dari mereka para pembela hak asasi manusia untuk menunjuk hidung bahwa partai politik tertentu (yang menjadi sasaran opininya) telah melakukan eksploitasi anak-anak dalam pemilu dan menyebutnya sebagai sebuah pelanggaran HAM oleh mereka. Padahal dalam prakteknya apa yang dilakukan oleh partai politik tersebut adalah sebuah pembelajaran politik sejak usia dini terhadap para kader dan konstituennya yang memiliki dan membawa anak ketika berkampanye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun