Pusat-pusat rehabilitasi pengguna NAPZA telah banyak dan siap menampung orang-orang seperti Afriani. Dalam kampanye-kampanye yang disuarakan oleh LSM dan BNN pun telah menempatkan orang-orang seperti Afriani dipusat rehabilitasi sebagai tempat yang paling tepat bagi mereka.
Bukankah kita semua menginginkan tragedi Tugu Tani tidak terulang kembali dimasa mendatang?
Bukankah pula kita menghendaki anak cucu kita tidak masuk dalam perangkap dan jeratan narkotika?
Pusat rehabilitasi akan memberikan suasana yang kondusif bagi keinginan tulus Afriani untuk menjalankan taubat nasuhanya. Bila kemudian Afriani bisa dijadikan sebagai Whistle Blower (pengungkap aib) oleh aparat yang berwenang, dalam hal ini lembaga seperti BNN punya konsentrasi yang cukup penuh untuk diandalkan untuk mengungkap siapa saja yang menjadi pengguna disekeliling kehidupannya, akan sangat mungkin terbuka pintu untuk menelusuri siapa pengedar dan bandar narkoba yang menyuplai narkotika yang dipakai oleh Afriani.
Bukankah hal ini akan memberi jawaban yang jauh lebih pasti atas dua pertanyaan diatas?, bila dibandingkan dengan hukuman penjara dan hukuman mati sekalipun.
Tak banyak yang bisa kita perbuat untuk mempersempit peredaran NAPZA dimasyarakat, bila tidak menggunakan orang-orang seperti Afriani untuk dijadikan sebagai whistle blower.
Satu pertanyaan yang cukup menggelitik dari saya untuk anda ,
Bila Afriani tidak mengunakan NAPZA saat melintas di depan Tugu Tani, apakah tragedi tersebut akan terjadi?, dan apakah akan sedahsyat ini hukuman sosial yang diterima olehnya?
sumber gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H