Mohon tunggu...
Indigo
Indigo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penyimak persoalan-persoalan sosial & politik,\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berpolitik ala Ikan Salmon, Teri & Piranha

12 Januari 2012   00:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saling melempar guyonan antar anggota parlemen untuk menggambarkan perilaku politik yang pas menurut pandangan mereka masing masing, maka dengan serta-merta dunia politik kita dibawa ke pasar ikan. Tiga nama ikan menjadi populer akhir-akhir ini, ikan salmon, teri dan piranha menjadi ikon baru para politikus kita.

Ikan Salmon

Politikus dari partai Demokrat memberikan julukan "ikan salmon" alias asal ngomong bagi koleganya sesama anggota koalisi yaitu Golkar dan PKS. Karena mereka mengganggap selama ini mereka tidak konsisten dalam barisan koalisi terkait sikap-sikapnya selama ini yang sering berseberangan dengan kebijakan pemerintah yang telah diambil. Salah satu contoh ketidak konsistenan tersebut terkait kasus Century.

Ikan Teri dan Piranha

Politisi Demokrat dianggap sebagai politisi ikan teri karena selalu teriak sana dan sini, meneriaki sesama anggota koalisi yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah. Sebutan ikan piranha yang dilontarkan oleh politisi PKS kepada Demokrat adalah akronim dari pikiran, hati dan bicara suka beda.

Perbuatan saling melempar julukan dengan nama-nama ikan tersebut jelas menunjukkan bahwa koalisi yang dibangun oleh Demokrat merupakan bangunan koalisi yang rapuh dan tidak dibangun atas dasar saling menghormati satu sama lain, terkait perbedaan pandangan-pandangan politik masing masing anggota koalisi. Jelas sebuah pertunjukkan yang tidak menguntungkan bagi rakyat, karena energi yang seharusnya di dayagunakan untuk berfikir dan bertindak agar rakyat menjadi sejahtera, malah digunakan untuk saling serang satu sama lain.

Sebuah kegagalan koalisi dalam membangun komunikasi yang efektif dan sinergis. Ini jelas berdampak kepada jalannya roda pemerintahan, menurunkan legitimasi dan simpati rakyat akibat tingkah laku yang dipertontonkan para politisi anggota koalisi tersebut.

Akankah rakyat ikut-ikutan berpolitik ala politisi anggota koalisi tersebut?

Bisa saja rakyat menggunakan cara berpolitik seperti para politisi tersebut, yaitu politik  ikan salmon, teri dan piranha, tetapi tidak dengan akronim yang negatif, melainkan dengan hal yang positif dari ketiga ikan tersebut.

Politik rakyat ala ikan salmon, dengan memilih wakil rakyat dan pemimpin yang mencerdaskan.

Artinya rakyat tak lagi tergiur oleh iming-iming, janji-janji politik, money politic, melainkan dengan memilih wakil rakyat yang punya visi dan misi yang membawa rakyatnya untuk cerdas. Tentu dengan lebih teliti lagi dalam menjatuhkan pilihan apakah calon politisi yang akan dipilih kelak punya integritas yang tinggi.

Politik rakyat ala ikan teri, dengan memilih politisi dan pemimpin yang merakyat.

13263288021789714122
13263288021789714122

Jelas bahwa politisi yang merakyat adalah mereka yang menjadi motor penggerak dimasyarakatnya dalam kegiatan perbaikan fisik maupun non fisik. Politisi yang merakyat tidak akan menggunakan rakyatnya untuk mengeruk sebanyak-banyaknya keuntungan bagi diri dan kelompoknya. Melainkan pengabdian yang sepenuhnya untuk kepentingan rakyat banyak.

Politik rakyat ala ikan piranha, yaitu memilih wakil rakyat dan pemimpin yang tegas

13263295501606566948
13263295501606566948

Ketegasan yang dimiliki terkait erat dengan komitmennya terhadap rakyat. Bila mengaitkan dengan kondisi saat ini adalah dengan menjadikan diriya sebagai panglima dalam pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu dan tebang pilih. Wakil rakyat dan pemimpin yang mampu menjadikan dirinya ditakuti lawan dan disegani kawan.

sumber gambar Salmon, Teri, Piranha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun