Dari pengalaman tersebut saya sempat berfikir bahwa sebaiknya para dokter muda yang minim pengalaman dan masih rendahnya jam terbang sebaiknya tidak dibiarkan sendiri menjalankan praktek, baik di klinik sendiri maupun klinik bersama. Karena kasus-kasus salah diagnosis atau tidak tepat dalam mendiagnosis penyakit pasien bisa saja berakibat fatal dan masuk dalam kasus malpraktek. Harus ada dokter berpengalaman yang mendampingi dokter-dokter muda dalam praktek melayani pasien, sebelum mereka benar-benar bisa diberikan tanggung-jawab penuh untuk menangani pasien.
Agar kejadian yang menimpa saya tidak terulang kembali pada pasien-pasien sang dokter muda selanjutnya. Lha wong sakit thypus kok dibilang diare, piye tho dok....dok...!.
***
Berikut informasi yang saya dapat dari wikipedia tentang penyakit Thypus :
Demam tifoid, atau typhoidadalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja
Gejala Setelah infeksi terjadi akan muncul satu atau beberapa gejala berikut ini:
- demam tinggi dari 39° sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat secara perlahan
- tubuh menggigil
- denyut jantung lemah (bradycardia)
- badan lemah ("weakness")
- sakit kepala
- nyeri otot myalgia
- kehilangan nafsu makan
- konstipasi
- sakit perut
- pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda ("rose spots")
Perawatan Tifus dapat berakibat fatal. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin). Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H