Ini sebuah pengalaman yang terjadi diawal Desember 2011 lalu. Saya mendatangi sebuah klinik 24 jam didaerah Cilincing-Jakarta Utara, tepat disisi jalan besar. Sudah 2 hari saya mengalami sakit yang tak tertahankan dibagian lambung sehingga berakibat demam tinggi, mual, muntah dan sering buang air besar.
sumber gambar
Pagi hari itu klinik 24 jam tersebut hanya ada seorang laki-laki petugas administrasi dan seorang perempuan muda berjubah dokter . Tak perlu menunggu giliran saya bisa dengan segera mendapatkan pelayanan dari sang dokter muda itu. Pertanyaan yang lumrah ditanyakan seorang dokter kepada pasiennya adalah " sakit apa pak?" , saya menjawab "sudah dua hari saya demam tinggi, mual, muntah dan buang air besar" . Lalu saya dipersilahkan untuk naik keatas ranjang pemeriksaan untuk diperiksa lebih lanjut.
Tangan ramah sang dokter segera menuju daerah lambung, mengetuk perlahan beberapa bagian seraya bertanya "sakit pak?", saya menjawab " iya sakit", kemudian sang dokter muda itu meminta saya membuka mulut dan melihat indikasi yang ia cari untuk menentukan hasil diagnosis. Tanpa ditanya oleh dokter tersebut, saya juga menambahkan informasi bahwa saya pernah mengalami sakit Thypus cukup lama saat masih duduk di sekolah dasar (SD), karena saya menduga sakit yang saya derita adalah sakit yang sama yaitu "Thypus".
Usai pemeriksaan saya bertanya kepada sang dokter muda, "dok apa sakit saya?, thypus bukan?" , sang dokter muda pun menjawab "bukan!, cuma diare saja". Saya hanya mengangguk, mengiyakan apa jawaban sang dokter muda tersebut. Setelah mengucapkan terimakasih saya meninggalkan ruangan dokter muda tersebut dan menuju ruang tunggu. Tak berapa lama obat saya terima dan pulang kembali kerumah sambil menahan demam dan mual.
Obat diare berlabel Imosa Loperamida HCI 2mg, obat mual dan demam saya terima dari klinik 24 jam tersebut dan meminumnya sesuai petunjuk yang ada dalam bungkus obat. Sakit yang saya alami sepertinya lebih sering menemui jam "kritis"nya pada malam hari, sehingga semalaman tidak bisa tidur lelap. Dalam beberapa waktu mual dan muntah serta buang air besar, walaupun tidak ada sama sekali yang terbuang, hanya air dan air saja, silih berganti menghampiri. Berbeda dengan siang harinya, saya bisa tertidur pulas untuk beberapa jam dan jarang mual dan muntah. Tetapi selera makan masih saja tetap rendah, kendati obat dari klinik dokter muda tersebut.
Karena sudah 3 hari terbaring sakit dan tidak ada perubahan yang signifikan atas sakit yang saya derita, saya memberanikan diri untuk pulang kampung. Perjalanan dari Tanjung Priuk Ke Bandar Lampung sengaja saya lakukan pada pagi hari, karena kondisi fisik jauh lebih kuat dibandingkan dimalam hari. Dengan kondisi sakit saya melakukan perjalanan 12 jam dengan harapan saya bisa mendapatkan perawatan lebih intensif dan terjaga bila berada dirumah sendiri.
Perjalanan dari Tanjung Priuk mulai pukul 07.00 pagi, sampai ke Bandar Lampung sudah menjelang malam, sekitar pukul 18.30. Karena fisik masih kuat diajak berjalan, saya melanjutkan menuju tempat praktek dokter yang cukup berumur untuk mendapatkan penanganan kedua, setelah penanganan yang pertama saya rasa kurang meyakinkan.
Sampai di tempat praktek dokter, kebetulan belum ada pasien yang datang selain saya sehingga saya langsung mendapatkan penanganan. Setelah memberikan informasi yang sama seperti yang diinformasikan pada dokter muda di klinik 24 jam di Cilincing serta dilakukan pemeriksaan yang sama pada lambung saya maka sang dokter pun menagatakan bahwa penyakit saya tersebut adalah "thypus!". Saat itu saya juga membawa obat yang diberikan oleh dokter klinik sebelumnya, dari 4 bungkus obat yang ada sang dokter meminta saya untuk tidak meminum lagi 3 bungkus obat yang ada, hanya menyisakan obat untuk diare saja yang boleh tetap diminum bersama obat-obatan yang diberikan olehnya.
Untuk meyakinkan diagnosisnya, sang dokter meminta saya untuk melakukan tes laboratorium dengan memberikan surat rujukan ke Rumah Sakit Abdoel Moeloek Bandar Lampung (RSAM-BL). Keesokan harinya saya menuju ke rumah sakit yang dirujuk dokter dan melakukan tes laboratorium. Beberapa miligram darah saya diambil dan diperiksa diruang laboratorium RSAM tersebut. Tepat tengah hari hasilpun didapatkan, saya positif terkena penyakit thypus dan harus beristirahat minimal 2 minggu.Alhamdulillah sejak berobat ke dokter tersebut, sakit saya berangsur pulih. Tidak ada demam yang melanda dimalam hari, mual, muntah, apalagi sampai keseringan buang air besar. Belum genap 2 minggu saya sudah bisa beraktifitas kembali di Jakarta.
***