Mohon tunggu...
Indigo
Indigo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penyimak persoalan-persoalan sosial & politik,\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ibu Sebagai Madrasah Bagi Anak-Anaknya

22 Desember 2011   01:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:55 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa yang terbetik dalam benak anda ketika membaca atau melihat melalui tayangan televisi tentang seorang bocah yang berusia 5 tahun yang merawat ibunya yang lumpuh?

Rasa sedih, haru, bercampur bangga? atau malah sebaliknya mempertanyakan mengapa bocah kecil tersebut bisa mengalami hal tersebut? Diiringi dengan komentar yang negatif tentang orang-tuanya yang tidak bertanggung-jawab? Pertanyaan-pertanyaan yang sangat mungkin timbul terkait pemberitaan tentang bocah tersebut.

Berita yang ditayangkan oleh televisi setahun yang lalu tersebut, mengabarkan tentang bocah yang bernama Muhammad Aditya tersebut menjadi perhatian anak sulungku yang berumur 6 tahun tanggal 21 Desember tahun ini. Salman panggilan sehari-harinya, bertanya kepada uminya tentang tayangan televisi tentang bocah tersebut,

”Itu kenapa mi?” ,

“Oh itu?” Istri saya kemudian menjelaskan tentang tayangan tersebut

”Itu anak yang membantu ibunya yang sedang sakit”.

Istri kemudian melanjutkan bahwa anakku yang sulung tersebut bisa berbuat hal serupa dengan anak tersebut, dengan membantu menjaga kedua adiknya  kalau umi sedang kesekolah, beres-beres rumah atau sedang mandi. Istri berprofesi sebagai guru, sehingga ketiga anak saya dititipkan ditetangga sebelah rumah yang kebetulan dagang di kantin sekolah yang berbeda.

Salman sebagai anak tertua “merasa” bertanggung-jawab untuk menjaga 2 adiknya. Terkadang bila rumah dalam keadaan berantakan dan kotor, ia tidak segan untuk menyapu dan membereskan mainan yang habis digunakan ketempatnya semula. Sedangkan saya terpisah ribuan kilometer jauhnya karena mencari nafkah, sehingga pertemuan hanya terjadi jika ada hari libur saja.

Pelajaran hidup seperti yang dialami oleh Aditya yang tertangkap mata oleh Salman dan penjelasan yang diberikan oleh istri bisa menjadi sebuah pelajaran penting yang membekas hingga dewasa. Bisa mempengaruhi pola fikir dan kepribadian sang anak untuk menjadi manusia yang punya rasa empati, tanggung-jawab, baik terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Pelajaran yang terkadang tidak didapatkan melalui bangku sekolah, suatu pelajaran bagaimana memaknai kehidupan yang tengah dan akan dijalani kedepan.

Fungsi istri sebagai seorang ibu mendidik anak-anaknya untuk menjadi anak-anak harapan setiap orang tua tentunya sangat vital sekali. Apalagi jika sang suami jauh dari sisi atau lantaran kesibukan yang menyita banyak waktu, sehingga kesempatan untuk bertemu dengan anak-anak sangat terbatas. Meskipun idealnya kedua orang-tua bisa saling bahu membahu memberikan pendidikan tentang kehidupan kepada anak-anaknya melalui tatap muka yang intens.

Bagaimana seorang ibu bisa menjadikan dirinya “madrasah” sekaligus sebagai suri tauladan bagi anak-anaknya, tentunya dengan terlebih dahulu membekali dirinya sendiri untuk menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang akan timbul dan sedikit menyulitkan untuk dijawab secara baik dengan pemahaman yang bisa diterima oleh anak-anaknya.

Bayangkan jika fungsi seorang ibu tak berjalan dengan baik dalam menjadikan dirinya sebagai tempat belajar bagi anak-anaknya, maka apakah mungkin dengan mengandalkan pendidikan luar rumah bisa menuntun anak-anaknya menjadi manusia-manusia yang baik, sementara dirumah sendiri tak ada “suri tauladan” yang bisa mereka contoh?

Apalagi seiring dengan semakin terbukanya informasi apa saja yang masuk kedalam rumah kita melalui layar kaca, anak-anak menjadi semakin pintar dan kritis dalam menanyakan hal-hal yang belum ia pahami. Jika sang ibu tak mampu menjawabnya dengan baik, atau malah menghardik anaknya dan menyuruhnya diam karena ketidaktahuan sang ibu malah akan membuat sang anak menjadi pribadi-pribadi yang labil dan tertutup.

Selain itu tingkat “pencemaran” yang dihasilkan oleh lingkungan sekitar rumah atau dalam lingkunan pergaulan sang anak yang kian memprihatinkan seperti saat ini, fungsi ibu bagi anak-anaknya sangat dibutuhkan untuk memfilter hal-hal apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan anak-anaknya.

”Menumbuhkan sikap untuk berkata jujur, berani, berperilaku baik, berempati kepada lingkungan dan sebagainya kepada anak-anak tentu bukan perkara yang mudah bila ibu sebagai orang tua tidak memiliki kepedulian terhadap keluarganya.“

sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun