Bagaimana seorang ibu bisa menjadikan dirinya “madrasah” sekaligus sebagai suri tauladan bagi anak-anaknya, tentunya dengan terlebih dahulu membekali dirinya sendiri untuk menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang akan timbul dan sedikit menyulitkan untuk dijawab secara baik dengan pemahaman yang bisa diterima oleh anak-anaknya.
Bayangkan jika fungsi seorang ibu tak berjalan dengan baik dalam menjadikan dirinya sebagai tempat belajar bagi anak-anaknya, maka apakah mungkin dengan mengandalkan pendidikan luar rumah bisa menuntun anak-anaknya menjadi manusia-manusia yang baik, sementara dirumah sendiri tak ada “suri tauladan” yang bisa mereka contoh?
Apalagi seiring dengan semakin terbukanya informasi apa saja yang masuk kedalam rumah kita melalui layar kaca, anak-anak menjadi semakin pintar dan kritis dalam menanyakan hal-hal yang belum ia pahami. Jika sang ibu tak mampu menjawabnya dengan baik, atau malah menghardik anaknya dan menyuruhnya diam karena ketidaktahuan sang ibu malah akan membuat sang anak menjadi pribadi-pribadi yang labil dan tertutup.
Selain itu tingkat “pencemaran” yang dihasilkan oleh lingkungan sekitar rumah atau dalam lingkunan pergaulan sang anak yang kian memprihatinkan seperti saat ini, fungsi ibu bagi anak-anaknya sangat dibutuhkan untuk memfilter hal-hal apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan anak-anaknya.
”Menumbuhkan sikap untuk berkata jujur, berani, berperilaku baik, berempati kepada lingkungan dan sebagainya kepada anak-anak tentu bukan perkara yang mudah bila ibu sebagai orang tua tidak memiliki kepedulian terhadap keluarganya.“
sumber gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H