Pengendalian ego mengajarkan kita untuk tidak terpengaruh oleh pengakuan atau penghargaan duniawi. Seorang individu yang sudah menguasai diri mereka sendiri tidak akan merasa tertekan untuk mengikuti kebiasaan buruk yang ada di lingkungan sosialnya, seperti memberi suap atau memanipulasi sistem demi keuntungan pribadi. Mereka memahami bahwa integritas jauh lebih penting daripada apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Dengan menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari penghargaan atau kekuasaan eksternal, seseorang dapat lebih mudah menolak tawaran untuk terlibat dalam perilaku koruptif.Â
5. Empati dan Kepedulian Terhadap Orang LainÂ
Salah satu ciri utama dari individu yang memiliki ego yang terkendali adalah kemampuan mereka untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa empati adalah salah satu cara untuk mengatasi egoisme dalam diri kita. Dengan mengembangkan empati, kita bisa lebih mudah memahami dampak dari tindakan kita terhadap orang lain.Â
Dalam konteks korupsi, empati sangat penting. Korupsi sering kali merugikan banyak orang, terutama mereka yang sudah berada dalam kondisi rentan. Seorang pejabat yang menerima suap atau menyalahgunakan wewenangnya mungkin tidak langsung merasakan dampak negatif dari tindakan mereka. Namun, melalui empati, mereka dapat memahami bahwa tindakan mereka dapat merugikan banyak orang, bahkan mereka yang tidak terlibat langsung dalam transaksi tersebut.Â
Dengan mempraktikkan empati, seseorang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap orang lain. Seorang individu yang peduli dengan kesejahteraan orang lain akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang dapat merugikan orang lain, seperti melakukan tindakan koruptif.Â
6. Mengatasi Ketakutan yang Berakar pada EgoÂ
Ego sering kali menciptakan rasa takut---takut kehilangan kekuasaan, status, atau harta yang telah dimiliki. Ketakutan ini mendorong seseorang untuk melakukan segala cara untuk mempertahankan apa yang mereka miliki, bahkan jika itu berarti melakukan tindakan yang tidak etis atau melanggar hukum. Namun, dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram, ketakutan ini dianggap sebagai bagian dari ego yang perlu dikendalikan.Â
Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa ketakutan akan kehilangan adalah hasil dari keterikatan kita pada hal-hal duniawi. Seseorang yang telah mengendalikan ego dan melepaskan keterikatan pada kekayaan atau status duniawi tidak akan merasa terancam oleh kemungkinan kehilangan. Sebaliknya, mereka akan lebih mampu menghadapi tantangan hidup dengan hati yang tenang, tanpa harus takut melakukan korupsi untuk mempertahankan posisi atau harta mereka.Â
7. Kebahagiaan Sejati di Luar Kepuasan EgoÂ
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram juga menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari pemenuhan ego atau keinginan materi. Kebahagiaan sejati berasal dari kedamaian batin dan keharmonisan dengan diri sendiri serta dengan orang lain. Orang yang terus-menerus berusaha memenuhi keinginan ego mereka tidak akan pernah merasa puas, karena sifat ego yang tak pernah merasa cukup.Â
Dengan mengendalikan ego, seseorang akan mampu menemukan kebahagiaan yang lebih mendalam, yang tidak tergantung pada harta atau pengakuan dari orang lain. Kebahagiaan ini datang dari rasa syukur dan kepuasan atas apa yang dimiliki serta kebajikan yang telah diberikan kepada sesama. Orang yang hidup dalam kedamaian batin dan kebahagiaan sejati ini tidak akan merasa terdorong untuk melakukan korupsi, karena mereka telah merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.Â