Gaya Kepemimpinan Aristoteles
Gaya kepemimpinan telah menjadi subjek kajian ekstensif sepanjang sejarah filsafat, terutama bila dikaitkan dengan tokoh-tokoh besar seperti Aristoteles. Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani kuno yang hidup pada abad ke-4 SM, dan memainkan peran sentral dalam membentuk pemikiran Barat tentang etika, politik, dan kepemimpinan.Â
Berbagai gagasan yang dikemukakannya tidak hanya berkaitan dengan pemerintahan namun juga bagaimana memimpin masyarakat dan organisasi secara efektif dan beretika. Refleksi Aristoteles tentang kepemimpinan seringkali terfokus pada konsep etika dan kebajikan, atau arethe dalam bahasa Yunani.
Menurut Aristoteles, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak hanya melaksanakan tugasnya dengan baik, tetapi juga mempunyai akhlak yang baik. Menurut Aristoteles, kepemimpinan erat kaitannya dengan teori kebajikan moral dan intelektual yang dikemukakannya dalam karyanya yang terkenal, The Nicomachean Ethics.
 Dalam karyanya tersebut, Aristoteles menekankan bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan (eudaimonia), yang hanya dapat dicapai dengan mengamalkan kebajikan.Â
Menurutnya, kebajikan ini tidak hanya berarti kebaikan moral, tetapi juga kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, yang sangat penting dari sudut pandang kepemimpinan. Para pemimpin harus mampu menemukan jalan tengah di antara hal-hal ekstrem yang tidak diinginkan, prinsip "cara emas", salah satu gagasan inti Aristoteles.Â