Aristoteles memberikan beberapa panduan tentang cara menemukan 'jalan tengah' yang tepat dalam tindakan dan hidup dengan baik secara keseluruhan. Misalnya, jika kita cenderung berada di salah satu ekstrem dalam perilaku tertentu, kita harus mencoba bergerak ke arah yang berlawanan.Â
Dengan menjauh dari kesalahan yang biasa kita lakukan, kita lebih mungkin menemukan keseimbangan. Aristoteles membandingkan ini dengan metode yang digunakan tukang kayu untuk meluruskan kayu yang bengkok. Â
Jika, misalnya, Anda menyadari bahwa Anda mudah marah, Anda mungkin menganggap seseorang yang tidak pernah marah sebagai sosok berbudi luhur. Namun, menurut Aristoteles, ini tidak selalu benar, karena tidak pernah marah bisa menjadi kekurangan dalam situasi yang membutuhkan kemarahan.
Tetapi, jika pandangan ini membantu Anda menggeser perilaku Anda menuju jalan tengah---antara terlalu cepat marah dan terlalu tenang---maka berusaha untuk menjadi lebih tenang adalah langkah yang baik.
Aristoteles menekankan bahwa meskipun jalan tengah adalah yang terbaik, salah satu ekstrem biasanya lebih buruk daripada yang lain dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, dia berpendapat bahwa lebih baik bersikap terlalu murah hati daripada terlalu pelit, dan lebih baik merendahkan diri daripada bersikap sombong.Â
Oleh karena itu, dia menyarankan prinsip yang baik untuk menemukan jalan tengah adalah dengan menghindari ekstrem yang paling jauh dari keseimbangan. Artinya, ketika harus menentukan tindakan yang tepat, cenderunglah pada sisi yang dianggap "kurang buruk" untuk keamanan.Â
Langkah berikutnya adalah bersikap sangat jujur pada diri sendiri dan mengidentifikasi perilaku tidak diinginkan yang paling sering Anda alami. Misalnya, jika Anda cenderung tidak sabar atau kurang komunikatif, tanyakan kepada diri sendiri: "Apakah saya sedang tidak sabar? Apakah saya kurang berkomunikasi? Apakah saya perlu menyeimbangkannya?".
Terakhir, Aristoteles mengingatkan agar tidak terlalu keras pada diri sendiri. Dalam usahanya untuk mencapai kebahagiaan, kesalahan dianggap sebagai kesempatan belajar.
Penerapan Golden Mean dalam Koteks Konflik dan Tantangan.Â
Salah satu tantangan terbesar dalam kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Seorang pemimpin seringkali dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan cepat, tetapi di sisi lain juga membutuhkan pemikiran yang matang. Di sinilah konsep the golden mean bisa diterapkan, di mana pemimpin harus menemukan keseimbangan antara membuat keputusan terlalu cepat (yang bisa mengakibatkan kesalahan) dan terlalu lambat (yang bisa menyebabkan hilangnya peluang).Â
Pengambilan keputusan yang tergesa-gesa mungkin menunjukkan kelebihan dalam bertindak, tetapi tanpa pertimbangan yang cukup, keputusan tersebut bisa membawa dampak buruk jangka panjang. Sebaliknya, menunda keputusan terlalu lama bisa menjadi tanda kurangnya tindakan, yang juga berisiko merugikan organisasi