Pemimpin yang baik tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga menjaga keseimbangan batin yang stabil saat mengambil keputusan yang mungkin sulit atau tidak populer.
Selain itu, Aristoteles membedakan keutamaan moral dari keutamaan intelektual. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan keutamaan intelektual yang membantu pemimpin menentukan tindakan yang benar, namun keutamaan moral seperti kemurahan hati memungkinkan seseorang melakukannya dengan kecenderungan alami.
 Oleh karena itu, menurut Aristoteles, kepemimpinan yang efektif dan etis harus didasarkan pada keseimbangan antara kebajikan moral dan intelektual.Â
Pemimpin ideal tidak hanya bijaksana, tetapi juga berbudi luhur, selalu memilih tindakan yang adil dan bertanggung jawab, serta menjaga keseimbangan antara dorongan rasional dan irasional.
How: Bagaimana konsep the golden mean diterapkan oleh pemimpin dalam menghadapi tantangan atau konflik? Â
Konsep Golden Mean atau "jalan tengah emas" adalah gagasan Aristoteles yang menyatakan bahwa kebajikan terletak di antara dua ekstrem yang bertentangan---satu sisi berupa kelebihan (excess) dan sisi lainnya berupa kekurangan (deficiency). Aristoteles berpendapat bahwa dalam setiap situasi moral, ada dua arah yang harus dihindari, yaitu bertindak secara berlebihan atau bertindak secara tidak cukup.Â
Kebajikan ditemukan ketika seseorang mampu menemukan keseimbangan yang tepat, di mana tindakannya tidak terlalu ekstrem atau terlalu sedikit. Misalnya, keberanian merupakan kebajikan yang terletak di antara kepengecutan (kekurangan keberanian) dan keberanian yang berlebihan (nekat atau ceroboh).Â
Lebih dari sekadar menghindari dua ekstrem ini, konsep Golden Mean menekankan pentingnya penilaian yang matang. Aristoteles percaya bahwa kebajikan tidak bisa diukur dengan satu aturan yang berlaku untuk semua orang, melainkan harus disesuaikan dengan konteks, situasi, dan individu yang mengalaminya. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, dan jalan tengah yang tepat bagi satu orang mungkin berbeda bagi orang lain, tergantung pada keadaan.Â
Konsep ini penting dalam etika kepemimpinan, karena seorang pemimpin yang baik harus mampu menemukan keseimbangan yang tepat dalam keputusan dan tindakannya. Misalnya, dalam memimpin tim, seorang pemimpin harus mampu menyeimbangkan antara sikap tegas dan fleksibilitas.Â
Terlalu tegas dapat membuat anggota tim merasa terkekang, sementara terlalu lunak bisa membuat disiplin runtuh. Dengan menemukan jalan tengah, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang efektif, di mana tujuan tercapai tanpa mengorbankan kesejahteraan atau keharmonisan tim.Â
Selain itu, Golden Mean juga menekankan bahwa kebajikan adalah hasil dari kebiasaan. Dengan terus-menerus berusaha menemukan keseimbangan dalam tindakan kita, kita bisa mengembangkan karakter yang berbudi luhur.Â