Pusat Latihan Gajah (PLG) yang cukup populer yang berada di pedalaman Kecamatan Putri Hijau Bengkulu Utara adalah PLG Seblat. Kawasan konservasi Seblat merupakan tempat habitat hidup gajah Sumatera, apabila pengunjung melakukan perjalanan ke Pusat Latihan Gajah Seblat akan melihat adanya potensi wisata alam yang belum dikelola secara professional.
Lokasi PLG ini berjarak sekitar 15-20 kilometer dari jalan raya utama lintas Sumatera. Di kiri kanan jalan menuju PLG Seblat berjajar kebun sawit yang telah dikuasai oleh perusahaan swasta, bahkan kini telah bermunculan perusahaan penambangan di kawasan ini. Perjuangan untuk menuju lokasi PLG Seblat cukup berat karena jalannya rusak parah, berlubang dan berdebu saat kemarau, licin dan sulit dilalui kendaraan saat kondisi hujan.
Kondisi infrastruktur menuju kawasan ini sangat buruk apalagi akhir-akhir ini akses menuju lokasi sudah terputus akibat banjir bandang Sungai Seblat yang menggerus jalan di tepi sungai sehingga mobil pengunjung tidak dapat melewati. Pengunjung atau wisatawan harus menggunakan ojek sepeda motor untuk sampai di lokasi.
Lokasi pelatihan gajah terdapat di seberang Sungai Seblat. Untuk sampai ke seberang sungai, pengunjung harus menggunakan perahu kecil atau naik ke atas punggung gajah. Informasi dari penjaga di PGL Seblat dahulu di awal pengembangannya ada jembatan gantung di atas sungai namun kekuatan jembatan hanya bertahan satu tahun lalu rusak diterjang banjir. Setelah itu jembatan terbengkalai hanya tersisa besi dan fondasinya saja dan tidak ada lagi pembangunan jembatan baru hingga saat ini.
Perahu untuk menyeberang sungai
PLG Seblat berdiri tahun 1992 namun dalam perkembangannya tidak mengalami kemajuan yang signifikan baik bagi kegiatan turisme maupun riset / penelitian mengenai satwa. Dari sisi turisme bahkan pengunjungnya menurun drastis dari waktu ke waktu baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Turis asing hanya sekali-sekali datang ke Seblat. Saat ini di PLG Seblat tidak lebih dari 20 gajah yang dilatih maupun dijinakkan.
Promosi wisata yang menggunakan konsep ecotourism sesungguhnya sangat diminati wisatawan mancanegara. Untuk datang ke daerah tujuan wisata, pernah dilakukan “survey” kepada wisatawan internasional hasilnya sekitar 40-60 % berpandangan bahwa wisata yang menarik dan disukai yaitu ecotourism alias wisata alam.
Gapura berbentuk gading gajah
Apabila dikelola dan dikembangkan dengan serius wisata alam di kawasan Seblat ini sebenarnya sangat potensial. Di lokasi ini dapat melakukan aktifitas seperti
elephant patrol, elephant tracking, elephant feeding, jungle tracking, tubing, river edge seblat, camping, agro tourism dan kegiatan lainnya. Di lingkungan ini pemandangan di waktu senja cukup eksotis, ada flora dan fauna asli hutan tropis Sumatera, dan jelajah hutan dan sungai yang penuh sensasi, bahkan di pagi hari akan terdengar suara merdu kicau burung.
Di tempat ini hewan gajah dimanfaatkan untuk kegiatan patroli hutan agar tidak ada perambahan liar oleh masyarakat sekitar. Gajah sebenarnya merupakan satwa yang ramah, gajah hanya marah jika habitatnya diganggu dan arealnya di kuasai atau ditempati penduduk. Gajah ingatannya sangat tajam dan akan selalu mengingat jika ada manusia menyakitinya. Apabila sesudah dilatih dan menjadi jinak biasanya gajah dari PLG Seblat ini dibawa ke kebun binatang atau ke taman safari untuk dijadikan sebagai obyek hiburan seperti sirkus.
Bebatuan diambil dari sungai
Untuk memajukan Seblat
ecotourism perlu peran serta masyarakat dan pemerintah daerah serta dukungan infrastruktur yang memadai agar kawasan ini menjadi daerah tujuan wisata nusantara yang penuh pesona. Bila kita perhatikan, di televisi selalu muncul iklan pariwisata tentang
wonderful Indonesia dengan iringan suaru merdu penyanyi kondang Rossa. Indonesia adalah surga wisata alam, sungguh disayangkan apabila memiliki hutan tropis, satwa dan flora yang beraneka ragam dan memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga sekitarnya namun tidak digarap secara optimal. Taman wisata alam selain menjadi potensi sektor pariwisata juga merupakan benteng terakhir untuk mempertahankan kelestarian alam dan keanekaragaman flora fauna.
Sekilas catatan ringan. Met Wiken.
Seblat, akhir September 2016.
Lihat Travel Story Selengkapnya