Mohon tunggu...
Indira Revi
Indira Revi Mohon Tunggu... -

Simple Life...Simple Thought...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Pasar Terapung Masih Asyik untuk Tempat Berlibur

23 Desember 2015   22:53 Diperbarui: 24 Desember 2015   10:32 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi masih gulita, dengan sepatu kets dan pakaian kasual ala kadarnya akhirnya aku sampai di tepian sungai Kuin yang bermuara ke sungai Barito di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Di dermaga yang terbuat dari kayu telah menunggu perahu klotok untuk menemani menyusuri sungai Barito.

Dengan menyewa perahu seharga 200-250 ribu wisatawan dapat menikmati pasar terapung dan berkeliling ke hutan wisata alam Pulau Kembang. Karena suasana telah memasuki liburan, cukup banyak wisatawan  dari luar kota yang datang berlibur bersama anak-anak dan keluarga, bahkan juga ada pasangan muda-mudi yang menikmati liburan diatas perahu bagaikan berada di kapal Titanic yang tersohor.

Menyusuri sungai sambil menikmati makanan khas Banjar dan minum segelas teh hangat diatas perahu klotok merupakan hal yang nikmat dan mengasyikan. Sesuatu yang jarang dapat ditemui di tempat wisata lain!

Setiap harinya mulai subuh hingga matahari terbit (pukul 05.00-07.00), di sungai Barito selalu ramai dengan berbagai transaksi. Selayaknya pasar, di sini berkumpul penjual dan pembeli di atas perahu. Aneka jajanan dan kebutuhan pokok seperti sayur-mayur dan buah-buahan dijajakan di atas perahu. Untuk memberikan barang yang ditawarkan kepada pembeli, penjual biasanya merapatkan perahunya atau mengantarkan barang dagangannya menggunakan sebuah tongkat panjang yang sudah disiapkan.

Tradisi berjualan di atas sungai Barito di Banjarmasin sudah dilakukan sejak lama dan turun temurun. Dalam catatan, hal ini telah berlangsung sejak empat abad yang lalu. Hal menarik yang kutemui ternyata cukup banyak pedagang perempuan yang mengayuh sampan di sungai ini.

Kedatanganku ke pasar apung kali ini suasananya berbeda dengan situasi beberapa tahun lalu. Aktivitas perdagangan di pasar terapung saat ini sudah mulai berkurang dan tidak seramai waktu yang lalu. Mungkin karena telah banyak mini market di darat, sehingga transaksi tidak harus dilakukan di atas sungai. Ataukah karena hasil panen yang akan dijual para pedagang tidak terlalu banyak, sehingga suasana agak sepi? Entahlah! Namun yang jelas pesona pasar terapung tetap mengasyikkan untuk dinikmati di masa liburan. 

Untuk menarik wisatawan seharusnya dinas pariwisata mengembangkan wisata pasar apung ini sebagai ciri khas daerah. Jika dikelola dengan baik pasar terapung dapat semakin populer dan dikenal luas seperti halnya pasar apung di mancanegara!

Perahu dan pasar apung di sungai Barito bukan sekedar alat transportasi air dan tempat transaksi biasa, namun sudah menjadi hiburan bagi wisatawan. Jika hal ini dikembangkan dengan baik akan menjadi potensi ekonomi daerah yang luar biasa. Ini dapat meningkatkan kehidupan ekonomi warga setempat yang berprofesi sebagai nelayan dan membuka jasa penyewaan perahu klotok.

Aku sendiri ketika keliling-keliling menaiki perahu disopiri oleh Pak Ahmad yang telah lima tahun menjalani profesi ini. Di hari libur sabtu-minggu biasanya satu perahu klotok bisa beberapa kali putaran mengangkut penumpang. Hanya saja disiplin pengunjung dalam membuang sampah dan sisa sampah dari industri sawmill mengakibatkan polusi yang dapat mengotori sungai. Sampah seperti ini biasanya menyangkut dan mengganggu baling-baling perahu!

Di sekitar kawasan sepanjang sisi sungai juga terdapat hutan wisata alam yang berisi satwa seperti monyet dan bekantan. Ketika memasuki Pulau Kembang yang merupakan hutan lindung, pengunjung akan disambut segerombolan monyet. Untuk memasuki lokasi ini pengunjung dikenai tarif Rp.5000 per orang. Di waktu-waktu tertentu di tempat ini ramai dikunjungi warga tionghoa yang melakukan ritual keagamaan. 

Wisata lain yang dapat dinikmati disekitar sungai Kuin yaitu adanya museum, makam dan masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini merupakan masjid tertua di Kalsel yang dibangun di masa kepemimpinan Sultan Suriansyah tahun 1526-1550 yang berada di tepi sungai kuin. Di sekitar ini wisatawan dapat melakukan wisata ziarah, sambil mendoakan tokoh yang berjasa dalam pengembangan agama islam.

Selesai menyusuri sungai Barito, aku menyempatkan diri menikmati bubur ayam khas Banjar di "kedai bunda" yang buka mulai pukul 06.00-22.00. Warung bubur ayam ini setiap harinya selalu dipenuhi oleh pengunjung, bahkan di hari minggu pagi bisa sangat ramai pembelinya. Semangkuk bubur ayam harganya murah meriah, hanya sekitar 12.000 rupiah. Rasanya...hmmm lezaaaat!

Sekilas catatan ringan saat berkunjung bertemu sahabat lama di kota Banjarmasin Kalsel. Met liburan maulid, natal dan akhir tahun! Hepi long wiken!

Banjarmasin, 22 Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun