Semalam sewaktu ada undangan ke Yogya, keberangkatan pesawat yang kutumpangi mengalami delay cukup lama. Saat pesawat mendarat di bandara Adi Sutjipto Yogyakarta waktu sudah melewati pukul 22.00. Suasana basah bekas hujan masih tersisa dijalanan. Karena perut terasa lapar, maka harus ada angkringan yang harus menjadi tujuan untuk mengisi perut.
Setelah menimbang-nimbang makanan apa yang pas untuk mengisi perut, akhirnya aku memutuskan menuju warung bakmi "Kadin" yang berada di jalan Bintaran Kulon. Disebut atau dikenal dengan nama "Kadin" karena warung bakmi ini perintisnya bernama Karto Kasidin (Kadin). Kebetulan pula warung ini berada persis berdekatan dengan kantor Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DI Yogyakarta.
Bakmi Kadin memang bukan satu-satunya warung bakmi di Yogya. Masih banyak tempat lain yang juga menjual bakmie, namun sekedar untuk bernostalgia karena sudah lama tidak kesini akhirnya aku memilih menikmati bakmi Kadin. Warung bakmi terlaris dan tersohor yang berdiri sejak tahun 1947 ini sudah melegenda, dan tidak membuka cabang di tempat lain. Saat ini warung Kadin dikelola oleh Rochadi, putra alm bapak Kadin.
Hanya memerlukan waktu 15 menit dari bandara, sopir yang menjemputku akhirnya mengantarkan ku sampai ke lokasi bakmi Kadin. Suasana sudah tidak terlalu ramai karena waktu telah cukup larut dan menjelang tutup. Hanya terlihat beberapa mahasiswi yang merupakan anak kos yang sedang menikmati makan mie rebus dan mbak pegawai / karyawan warung yang mulai sibuk merapikan dan membereskan meja makan yang mulai ditinggalkan pelanggan.
Bakmi Kadin yang buka mulai pukul 17.00 s.d. 23.45 ini setiap harinya rutin "menampilkan" live musik untuk menemani pengunjung. Lantunan lagu-lagu merdu dinyanyikan oleh grup musik ini. Sambil menikmati mie rebus dan segelas bajigur aku menikmati suara merdu mbak paulina yang menyanyikan lagu-lagu keroncong. Di sekitar dinding warung yang sederhana terlihat foto pemiliknya. Terpampang juga foto pemiliknya dengan beberapa tokoh nasional seperti Wiranto, mbak Tutut dan pejabat daerah setempat.
Sebelum meninggalkan warung bakmi Kadin, aku request sebuah lagu nostalgia. Sayup-sayup terdengar suara merdu sang biduan menyanyikan lagu Sepasang Mata Bola. Tidak lupa kutinggalkan selembar  uang duapuluhribuan di kotak kencleng yang disediakan dekat si mbak biduan! Malam itu aku pengunjung terakhir di warung bakmi Kadin. Menjelang pukul 00.00 aku menuju ke penginapan di sekitar tugu Monjali.Â
Rekan kompasianer belum pernah makan bakmi Kadin? Kalau ke Yogya sekali-kali silahkan dicoba. Sepiring bakmi godhog (rebus) jawa dan segelas wedhang bajigur harganya murah meriah, sehat dan mengenyangkan. Tak perlu di cafe mahal untuk makan sambil menikmati live music!
Sekilas tulisan ringan, salam malam selamat menuju peraduan!
Yogyakarta, 17 Desember 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya