Reporter merupakan garda terdepan dalam meliput berita dan menyampaikan informasi kepada masyarakat. Pagi ini ketika mendengar kabar berita pesawat Air Asia Surabaya-Singapura kehilangan kontak media berusaha menginformasikan kabar tersebut. Kejadian hilang kontaknya Air Asia QZ8501 dipenghujung 2014 ini, mengingatkan kejadian hilangnya Adam Air pada 1 Januari 2007 yang misterinya tidak tuntas terungkap.
Hal yang mengganggu saya atas musibah tersebut yaitu cara reporter Metro TV yang mewawancarai keluarga korban yang sedang bersedih atas musibah tersebut di posko krisis center, Bandara Juanda, Sidoarjo. Tanpa memberi jeda, sang reporter mengejar pertanyaan terus dengan diawali kata turut simpati atas kejadian tersebut. Pertanyaan wartawan tersebut sempat dikomentari oleh pejabat Angkasa Pura agar tidak mewawancarai dahulu. Orang sedang bersedih dan menangis masih dikejar pertanyaan. Benarkah kata Simpati tepat disampaikan untuk orang yang terkena musibah!
Menurut saya, Metro TV harus mengevaluasi cara kerja reporternya dan belajar menggunakan kata-kata yang tepat dan cara mewawancara yang baik dalam meliput suatu berita. Apalagi ini merupakan suatu berita musibah yang membuat kegundahan karena 'kehilangan' keluarga yang berada di dalam pesawat.
Kita doakan, semoga pencarian segera menemukan titik terang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H