Mohon tunggu...
Indira Revi
Indira Revi Mohon Tunggu... -

Simple Life...Simple Thought...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tintin dan Catur

27 Desember 2014   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TINTIN dan Catur

Sebagai Tintiners selain mengoleksi komik dan pernak-pernik tintin aku juga menulis beberapa tulisan ringan bertema Tintin di Kompasiana. Tulisan tentang Tintin di media K ini kalau tidak salah sudah lebih dari 10 (sepuluh) artikel. Dari berbagai tulisanku tentang Tintin pembacanya hanya segelintir orang saja. Bagiku jumlah pembaca  tidak terlalu masalah, yang terpenting tetap dapat menulis dan memberi manfaat bagi pembaca yang menggemari Tintin. Tintin ini seorang jurnalis muda, bahkan memberi inspiratif bagi para wartawan dalam mengungkap suatu kasus. Tetapi ada loh wartawan yang gak ‘mengenal’ Tintin!

Lalu apa hubungannya antara Tintin dan Catur! Catur adalah salah satu permainan yang disukai Tintin bersama Kapten Haddock untuk mengisi waktu senggang. Sama halnya dangan artikel tentang Catur, pembacanya di kompasiana ini tidak terlalu banyak. Tulisan HL tentang Catur juga sangat jarang (apalagi sejak mbah mupeang istirahat), berbeda dengan kanal lainnya yang sangat populer. Ada sih artikel Catur yang kemarin HL, yaitu tentang sosok Susan Polgar, salah satu pecatur wanita favoritku.

Ini salah satu dialog antara Kapten Haddock vs Tintin ketika bermain Catur.

(Tintin terbitan PT Indira 1980/koleksi pribadi)

“Hmm! Menteri saya terancam bahaya. Gimana Ya? Lindungi dengan Kuda? Nanti Gajah saya yang payah. Atau Pion saya yang maju?”

“Ah..percuma juga..harus cari jalan lain. Benar! Menteri saya harus bikin gerak tipu ke belakang...kemudian serang dari samping dengan Gajah saya yang satu lagi...tapi gerakan musuh nanti bagaimana? Kalau pintar dia tutup bentengnya dengan Pion.”

“Kalau begitu saya terpaksa korbankan Gajahku. Tak apalah! Nanti saya balas, saya makan bentengnya. Skaak. Rapi jali. Baru tau rasa kamu,Tin!!”

Dialog diatas terdapat di kisah petualangan Tintin di Tibet. Kisah ‘Tintin in Tibet’ tersebut pertama kali muncul di lampiran majalah Le Petit Vingtieme Brussel antara 17 September 1958-25 November 1959. Komik tersebut populer di Indonesia setelah di terbitkan INDIRA tahun 1980, kini komik petualangan Tintin sudah diterbitkan ulang oleh Gramedia. Sekilas tulisan ringan diakhir pekan untuk para Tintiners. Semoga bermanfaat

Gens Una Sumus. Met Berlibur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun