Mohon tunggu...
Indi Ayu Putri
Indi Ayu Putri Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writter

Sosial media bukan tempat yang tepat untuk menilai kepribadian seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Learning How to Learn

9 Mei 2021   10:00 Diperbarui: 9 Mei 2021   10:04 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada banyak sekali metode pembelajaran yang sudah populer di kalangan para pelajar dan mahasiswa. Mulai dari teknik Pomodoro atau teknik Feynman yang sudah banyak terbukti ampuh untuk digunakan. 

Efektivitas pembelajaran dalam pencapaian hasil belajar harus dibangun dengan mendinamisasikan dan menggerakkan sistem belajar, melalui pengelolaan yang lebih baik, kepengurusan belajar yang profesional, yaitu kepengurusan yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam pemberdayaan siswa atau mahasiswa.

Belajar bukan hanya sebatas menerima informasi secara pasif tanpa adanya pemikiran kritis. Belajar juga bukan sekadar pemenuhan kebutuhan intelektual dengan keterpaksaan hanya untuk selembar ijazah yang dijanjikan mampu merubah jalan kehidupan. Esensi belajar lebih dari itu. Lebih dari teknik yang dikuasai, lebih dari fasilitas yang dimiliki, lebih dari sekolah mana yang dipijaki.

Para pelajar harus didorong untuk memiliki keberanian dalam melakukan improvisasi pembelajaran yang lebih dinamis baik di dalam maupun di luar kelas. Satu peran yang paling krusial dari bagaimana kita belajar adalah fundamental. Sering dilupakan dan dilewatkan oleh para pelajar kebanyakan, perihal bagaimana mempelajari cara untuk belajar.

Ada satu kisah yang sudah sangat sering diceritakan dimana-mana, tapi penulis ingin melampirkannya lagi di sini. Sebagian dari kalian mungkin pernah membaca dua kisah penebang pohon yang berlomba-lomba untuk menebang banyak pohon hanya dalam waktu delapan jam, bukan? Begini ceritanya.

Dua orang penebang pohon diberi waktu 8 jam untuk menebang pohon sebanyak-banyaknya. Penebang cerdas mengalokasikan 1-2 jam untuk mengasah kapaknya terlebih dulu, sementara penebang lainnya langsung menebang pohon tanpa pikir panjang. Alhasil, penebang cerdas menebang pohon lebih banyak daripada penebang lainnya walaupun penerbang cerdas memiliki waktu yang lebih sedikit untuk menebang.

Layaknya penebang cerdas yang mengalokasikan beberapa jam waktunya untuk mengasah kapak, sebelum belajar kita perlu mengalokasikan waktu kita untuk belajar bagaimana cara belajar. Sehingga saat kita belajar (seperti saat penebang cerdas menebang pohon-pohonnya), kita belajar jauh lebih efektif dan efisien daripada yang lainnya.

Selain itu, ada beberapa cara lain lagi untuk memaksimalkan belajar kita supaya lebih efektif dari sebelumnya. Berikut cara-cara belajar secara efektif:

1. Cari Alasan Belajar

Alasan belajar bagi setiap orang pasti berbeda-beda. Untuk seorang siswa yang ingin masuk perguruan tinggi negeri, alasan mereka belajar rata-rata untuk lolos ujian SBMPTN. Untuk seorang siswa yang sebentar lagi akan memasuki masa ujian, tujuan belajarnya adalah untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Masih banyak alasan lainnya. 

Tapi, menurut Sabda PS, seorang alumni ITB sekaligus Chief Education Officer dari aplikasi belajar Zenius mengatakan, tingkatan yang paling tinggi dalam alasan belajar adalah sebagai hiburan. Kita tidak lagi menganggap belajar sebagai beban, kita tidak peduli apakah dengan belajar kita berhasil lolos ujuan atau tidak, kita tidak lagi peduli apakah ilmu yang kita pelajari bermanfaat atau tidak. Kita belajar karena kita enjoy.

2. Kuasai Hal yang Seharusnya Kita Kuasai

Cari benang merah dari ilmu yang sedang dipelajari. Jangan langsung mempelajari semuanya tanpa tahu apa yang sebenarnya kamu pelajari. Kemudian, jika terlampir tiga bidang ilmu yang berbeda misalnya. Ada Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi, lalu kamu berniat ingin menjadi seorang Antropolog, maka kuasai sejarahnya dibanding dua bidang ilmu yang lain itu. Kuasai satu, tanpa mengabaikan sisanya. Tetap belajar untuk yang lain, karena sejatinya satu ilmu selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lainnya.

3. Belajar Secara Terintegrasi

Sehubungan dengan poin nomor dua, semua ilmu itu berhubungan. Jangan terlalu mengotak-ngotakan bahwa  sejarah ya sejarah, atau sosiologi ya sosiologi. Tidak. Semuanya pasti berkaitan. Seluruh ilmu yang ada di dunia ini berkaitan satu sama lain. Mereka bercabang seperti pohon, yang memiliki akar bernama filsafat. Cari bagaimana hubungan ilmu sejarah dengan sosiologi dan ekonomi, bagaimana hubungan bab yang satu dengan bab yang lain, dan sebagainya.

4. Miliki Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Tingkatkan rasa penasaran (curiosity), kemudian cari jawaban dari rasa penasaran tersebut. Dengan begini, kita tidak akan pernah berhenti belajar, karena memang kita membutuhkannya. Kalau kita belajar karena tuntutan sekolah atau dunia perkuliahan, pembelajaran kurang terasa nyaman. Tapi kalau kita belajar karena pure kita ingin tahu dan penasaran, maka kita akan puas saat berhasil mendapatkan jawaban, serumit apapun proses yang kita hadapi saat itu.

Penulis ingin menekankan kepada seluruh pelajar di Indonesia, untuk mempelajari cara belajar (learning how to learn), untuk peduli pada ilmu, untuk tidak terbebani dengan kewajiban, dan untuk tidak berorientasi pada hasil.

Sebagai penutup, penulis berikan kutipan Sabda PS:

"Belajar itu bukan hanya belajar isi materinya, tetapi yang lebih penting dari belajar adalah membentuk pola berpikir baru."

Terima kasih. Salam mahasiswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun