Gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan dedikatif-fasilitasi, yang merupakan persatuan kepemimpinan demokratis. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, kebebasan pers terbuka lebar, mengarah pada demokratisasi lebih lanjut. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, ia melihat perannya terutama sebagai koordinator dan integrator berbagai elemen dan komponen organisasi, sehingga bergerak secara keseluruhan.
B.J. Habibie pada dasarnya adalah seorang liberal karena umur panjang dan dibesarkan di dunia Barat. Gaya komunikatifnya penuh spontanitas, eksplosif, cepat bereaksi tanpa mau memikirkan resiko. Ketika Habibie dalam situasi emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan dengan cepat. Seolah-olah dia telah kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya.
Pada masa pemerintahannya, B.J. Habibie memiliki kelebihan yaitu, Pesawat N250 Gatot Kaca yang menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membuat produk pesawat sendiri untuk bersaing di kancah Internasional, sedang kelemahannya yaitu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa harus mengkaji ulang kebijakan yang dikeluarkan. Keputusannya menunjukkan bahwa B.J. Habibie dianggap terlalu terburu-buru untuk membebaskan Timor Timor.Â
4. K.H. Abdurrahman Wahid (Bapak Pluralisme, 1999-2001)
Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah kepemimpinan yang responsif dan akomodatif yang berusaha merangkum semua berbagai kepentingan yang diharapkan menjadi kesepakatan atau keputusan yang sah. Diharapkan implementasi dan keputusan yang diputuskan dapat menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena mereka merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan.
Gus Dur berperan penting dalam menanamkan pada generasi muda perlunya membela pluralisme dan toleransi terhadap perbedaan ras atau kelompok. Namun kelemahan kepemimpinan Gus Dur adalah tidak suka kompromi dan tidak tertantang pendapatnya. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Gus Dur dengan birokrat lainnya.
5. Megawati Soekarnoputri (Ibu Wong Cilik, 2001-2004)
Megawati Soekarnoputri memiliki sikap yang tenang dan tampak kurang acuh terhadap masalah. Namun dalam kasus-kasus tertentu, Megawati sudah tegas dalam kepemimpinannya, misalnya dalam masalah BPPN, kenaikan harga BBM dan darurat militer di Aceh Nanggroe Darussalam.
Gaya kepemimpinan non-kekerasan Megawati sangat cocok untuk menghadapi situasi panas yang dihadapi bangsa. Cukup demokratis, tetapi kepribadian Megawati dengan cepat terlihat tertutup dan emosional. Dia alergi terhadap kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan hal-hal negatif dan hampir tidak pernah menyentuh visi dan misi pemerintahannya.
Namun, selama masa jabatannya, ia memiliki kelemahan seperti perilakunya yang pasif dan tertutup. Selain itu, ia dianggap tidak kompeten sebagai pemimpin kharismatik yang sangat berbeda dengan ayahnya, yaitu Soekarno.
6. Susilo Bambang Yudhoyono (Bapak Pertahanan, 2004-2014)