Aku merasa sedih ternyata Ibu pertiwi lebih menangis
Aku merasa sengsara ternyata Ibu Pertiwi lebih tersiksa
Aku merasa memprihatinkan ternyata Ibu Pertiwi lebih tak berdaya
Tanpa ada yang menyeka air matanya, Ibu Pertiwi menangis tersedu
Melihat sungainya tak lagi mengalir bersih
Alamnya tak lagi nampak hijau dan asri
Hutannya yang di jadikan lahan
Perkotaannya yang bising rebutan jabatanÂ
Ibu Pertiwi menangis kesakitan, banyak yang mengeruk perutnya keenakan
Banyak yang merampas paksa keberhargaannya Banyak pertikaian di mana-mana, kelicikan tanpa belas kasihan, kebohongan yang tak karuan, kekejian dan perebutan lahan
Begitu banyak hal yang membuatnya menangis, tetapi dia tetap memberi kehidupan. Tanpa kita mampu menyeka air matanya kita masih mendapat kebaikannya.
Tanpa berbaik hati kepadanya, dia tetap memberikan cintanya.
Bu, sampai sekarang kami masih egois tanpa memikirkan keadaan dan perasaanmu. Sungguh kami bersedih, saat mengingatmu yang semakin terpuruk di ambang pilu. Maafkan kami Bu.Â
Bungbulang, 21 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H