Mohon tunggu...
Indi Diana Fakhriya
Indi Diana Fakhriya Mohon Tunggu... Lainnya - Halo, saya mahasiswa!
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lets do it!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Kedua?

23 Maret 2021   22:37 Diperbarui: 23 Maret 2021   23:12 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu kata berjuta makna, begitu kiranya ungkapan pada sebuah kata yang memiliki makna berbeda. Atau bisa jadi sebaliknya, berjuta kata satu makna. Ungkapan tersebut mewakili dari pembahasan saya kali ini. 

Bahasa kedua (L2) adalah jenis bahasa yang bukan berasal dari bahasa ibu (bahasa utama), akan tetapi sering digunakan untuk keberlanjutan komunikasi. Saya juga anda tentunya mendapat bahasa pertama sejak lahir. Orang tua dan lingkungan memperkenalkan kita dengan bahasa pertama sejak dini.

Saya sendiri terlahir dalam keluarga jawa. Sejak dini saya diperkenalkan bahasa jawa untuk berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Sehingga, secara tidak langsung bahasa jawa merupakan bahasa pertama saya.  Semakin bertambahnya usia, semakin banyak manusia yang masuk dalam kehidupan saya. Tentunya tidak semua bisa berbahasa jawa. Lalu bagaimanakah saya bisa berkomunikasi dengan mereka?

Tak lupa sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, telah diajarkan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan. Dengan bahasa tersebut saya dapat melakukan komunikasi dengan orang-orang yang tidak bisa berbahasa jawa. Sehingga, secara tidak langsung bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua saya setelah bahasa jawa. 

Tentunya hal ini terjadi di setiap kehidupan manusia. Mengingat negara kita adalah negara yang kaya akan bahasa. Perlu anda ketahui bahwa bahasa kedua tidak selalu bahasa Indonesia seperti yang saya alami. Bisa saja terdapat seseorang yang memang dari lahir ia dikenalkan dengan bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia memang menjadi bahasa pertamanya.

Bahasa kedua dapat berupa bahasa asing sekalipun. Yang pada intinya, berbeda dengan bahasa pertama. Bahasa pertama diperoleh tanpa sadar karena memang berasal dari keseharian anak bersama keluarga. Berbeda dengan bahasa kedua yang diperoleh secara sadar karena terdapat unsur sengaja dalam mempelajarinya.

Pemerolehan bahasa kedua memiliki faktor dan strategi untuk menguasainya. Tentunya terdapat manfaat ketika menguasai bahasa kedua. Beberapa faktor untuk penguasaan bahasa kedua, sebagai berikut.

  1.  Faktor motivasi, seseorang tidak akan mampu      menguasai bahasa kedua jika dalam dirinya     tidak terdapat kemauan dan dorongan untuk  benar-benar menguasainya. Misalnya,   berkeinginan melakukan komunikasi dengan orang asing untuk memperluas perkenalan, menambah pengalaman, dan menambah rekan. Maka, seseorang tersebut harus memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya untuk menguasai bahasa tersebut.
  2. Faktor usia, perbedaan usia mempengaruhi  keberhasilan dan kecepatan dalam menguasai bahasa kedua. Terdapat anggapan umum bahwa anak-anak lebih berhasil menguasai bahasa kedua daripada orang dewasa. Namun, hasil penelitian menunjukkan perbedaan anak-anak dan orang dewasa terletak pada keberhasilan dan kecepatan. Anak-anak lebih berhasil dari orang dewasa, akan tetapi tidak selalu cepat dari orang dewasa. 
  3. Faktor penyajian, keadaan dalam pembelajaran menentukan cepat dan berhasilnya sebuah penguasaan. Sebuah pembelajaran secara teori seperti di dalam kelas, tidak akan seratus persen berhasil jika tidak biasa diterapkan. Sehingga, sesekali penyajian dilaksanakan secara alamiah dengan melakukan praktek dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Faktor bahasa pertama, para ahli pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama memiliki pengaruh besar terhadap bahasa kedua. Karena mempelajari bahasa kedua merupakan proses transfer tanpa menghilangkan yang pertama. Jadi, sering kali seseorang melakukan khilaf dengan mencampurkan bahasa pertama dengan bahasa kedua. Sehingga, hal ini dapat memperhambat keberhasilan bahasa kedua. Akan tetapi, dapat diatasi dengan memberikan stimulus terus menerus kepada bahasa kedua. Pembiasaan tersebut dapat mengurangi kekhilafan yang sering terjadi.
  5. Faktor lingkungan, keberhasilan seseorang dalam mempelajari bahasa kedua salah satunya berasal dari lingkungan. Mengapa? Karena ketika seseorang mempelajari bahasa kedua, maka ia harus memiliki lingkungan bahasa yang berhubungan dengan bahasa kedua pembelajar. Segala sesuatu yang ia dengar dan lihat hendaknya berhubungan dengan bahasa kedua yang sedang ia pelajari. Misalnya, seseorang sedang mempelajari bahasa Indonesia maka sebaiknya ia banyak membaca bacaan berbahasa Indonesia.

Setelah mengetahui faktor penguasaan bahasa kedua, mari kita ketahui strategi penguasaan bahasa kedua. Secara umum, strategi ini terbagi menjadi dua yaitu strategi langsung dan tidak langsung. Strategi langsung, melibatkan pembelajar secara langsung dengan  proses bahasa yang ada. Strategi ini digunakan pembelajar untuk  mengatasi masalah bahasanya dengan sentuhan langsung dari materi yang ada. Sedangkan strategi tidak langsung, berfungsi untik meningkatkan percaya diri pembelajar dan meyakinkan pembelajar untuk bekerja sama dengan pembelajar lain.

Mempelajari bahasa kedua dan menguasainya memiliki sisi menguntungkan bagi seseorang. Diantaranya,

- Meningkatkan peluang kerja, karena seseorang yang menguasai lebih dari satu bahasa cenderung memiliki peluang yang besar di dunia pekerjaan.

- Meningkatkan memori, seseorang yang mempelajari bahasa baru wajib meningat kosa kata, struktur, kaidah, dan lain sebagainya. Sehingga hal ini membantu seseorang meningkatkan kemampuan memori otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun