Mohon tunggu...
Indi Diana Fakhriya
Indi Diana Fakhriya Mohon Tunggu... Lainnya - Halo, saya mahasiswa!
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lets do it!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemampuan Menyatakan Makna Batin Manusia

16 Maret 2021   20:18 Diperbarui: 16 Maret 2021   20:55 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia hidup tidak terlepas dari komunikasi. Ratusan, ribuan, bahkan milyaran tiap harinya aktivitas komunikasi terjadi di bumi. Sungguh melelahkan bukan? Tetapi hakikat manusia memang terletak pada komunikasi. Betapa pentingnya sebuah komunikasi meskipun hal kecil saja agar tidak menimbulkan kesalah pahaman. Manusia berkomunikasi tentunya menggunakan bahasa. Dan perlu anda ketahui bentuk dari bahasa tidak hanya dari yang bersuara. 

Bahasa adalah sekumpulan tanda yang bentuknya dapat berupa suara, tulisan, atau simbol yang dapat dikombinasikan dan memiliki makna untuk menyampaikan informasi.

Bagaimanakah anda mengungkapkan sebuah keinginan kepada orang lain? Bagaimanakah anda menyampaikan pendapat yang tersimpan dalam pemikiran anda? Ya tentunya dengan bahasa. Anda akan berbicara dan kemudian melakukan komunikasi. Tahukah anda, kemampuan yang anda miliki untuk mengungkapkan disebut dengan bahasa ekspresif. 

Bahasa ekspresif adalah kemampuan manusia untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya melalui bahasa. Perlu diingat bahwa bahasa tidak hanya berbentuk kata. Jika ia berbentuk kata maka dapat berupa suara dan tulisan. Bentuk bahasa yang lainnya diantaranya tanda berupa isyarat, gestur berupa gerakan tubuh, dan simbol berupa gambar atau simbol yang telah disepakati. 

Manusia menguasai kemampuan bahasa reseptif terlebih dahulu sebelum bahasa ekspresif. Dengan pernyataan tersebut membuktikan bahwa bahasa ekspresif membutuhkan proses dalam perkembangannya. Tentunya setiap manusia memiliki perkembangan yang berbeda. Lalu? Sejak kapankah manusia memulai proses perkembangan bahasa ekspresif?

Sebenarnya, sejak lahir pun manusia sudah memiliki kemampuan bahasa ekspresif. Untuk perkembangannya, tergantung pada orang tua dalam mendidik anak. Sering kali kita temui atau bahkan anda sendiri merasakan, ketika anak menangis orang tua malah memarahinya alih- alih menenangkannya. Padahal, sebenarnya anak membutuhkan bantuan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Jadi, ketika anak menangis janganlah memarahinya, ia sedang dalam proses perkembangan bahasa ekspresif.

Tanda bahwa anak telah menguasai bahasa ekspresif adalah ketika anak mulai sering menyatakan keinginan, kebutuhan, pendapat, dan perasaannya secara lisan. Perkembangan bahasa ekspresif pada anak yang telah kompleks terjadi pada usia 3-5 tahun. Pada usia ini, anak telah mampu berbicaraa dengan teratur dan terstruktur, perkataannya dapat dipahami oleh orang lain, dan ia dapat merespon pembicaraan lawan bicaranya. 

Pentingkah bahasa ekspresif sejak usia dini? Sangat penting karena dapat:

- Mengekspresikan keinginan dan kebutuhan.

- Mengungkapkan pemikiran dan gagasan.

- Terlibat interaksi yang baik dengan orang lain.

- Mengembangkan penggunaan bahasa dalam tulisan.

Tentunya terdapat beberapa hal penting dibalik bahasa ekspresif. Manusia dapat menguasai bahasa ekspresif setelah memiliki beberapa hal penting. Beberapa diantaranya, menguasai bahasa reseptif terlebih dahulu, memiliki kosentrasi yang baik, punya motivasi dan keinginan untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, dan lain sebagainya.

Namun, tidak semua tumbuh dengan kemampuan bahasa ekspresif yang baik. Kenali anak dengan masalah bahasa ekspresif dari beberapa ciri berikut:

  • Kesulitan menamai objek.
  • Tidak mampu menyusun kalimat dengan baik.
  • Perkataannya tidak dimengerti orang lain.
  • Mengalami kesulitan untuk menulis sebuah paragraf dan cerita.
  • Berbicara dengan kalimat yang kacau

Dengan masalah tersebut, tentunya memberikan dampak yang tidak menyenangkan terhadap anak. Dalam bentuk perilaku, anak akan frustasi karena ia tidak dimengerti orang lain. Anak akan menjadi pribadi yang pasif ketika bersama teman-teman sebayanya. Berbagai kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh anak seusianya, tidak ia dapatkan. Hal ini tentunya sangat menyakitkan bagi orang tua juga bagi anak itu sendiri. Untuk itu terdapat beberapa cara untuk meningkatkan bahasa reseptif, yaitu:

- Bermain, lakukan sebuah permainan bersama anak secara teratur dan bicarakan tentang apa yang dilakukan dengan mainan tersebut.

- Sering mengajak anak berbicara tentang apapun.

- Memperkenalkan anak dengan buku, terutama buku cerita. Temani anak dengan membaca buku tersebut.

- Melakukan tatap muka dengan anak, sehingga anak dapat melihat kemudian meniru gerak bibir dan cara mengucapkannya.

Semoga bermanfaat!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun