"Maksudnya bagaimana sih? Aku ga paham."
"Otakku buntu, aku capek."
"Kapan ya ketemu kalian."
Kalimat-kalimat yang beberapa hari ini terus berulang terngiang di telinga.Â
Menjadikan diri sibuk memahami yang tidak masuk akal.Â
Menginginkan suasana baru daripada memandang dinding yang itu saja setiap hari. Â Selalu bertanya-tanya kiranya kapan bisa bertemu mereka kawan baru.
Sambatan tentang 2020 tidak pernah berhenti terlontarkan dari bibir manusia. Dari orang-orang dewasa sampai balita. Â Mereka yang terpaksa berhenti bekerja. Mereka yang terpaksa tidak pergi ke sekolah. Mahasiswa yang terpaksa tidak pergi ke kampus untuk kuliah. "Gara-gara corona", kata mereka.
Menurut saya, tahun 2020 adalah tahun paling berat yang pernah saya alami. Mungkin juga anda yang sedang membaca tulisan ini. Di tahun ini, semua bertumpu pada internet. Dari informasi sampai silaturahmi.
Sebagai manusia yang sedang bertahan di tahun ini, rasanya dituntut untuk tunduk pada suatu hal yang tidak masuk akal. Tidak ada yang bisa disalahkan, juga tidak perlu saling menyalahkan.
Corona mempunyai dampak perubahan besar di dunia, termasuk Indonesia. Terutama dalam bidang pendidikan. Pembelajaran dalam jaringan atau yang biasa disebut daring, menjadi alternatif untuk melanjutkan kegiatan belajar dan mengajar. Semua pelajar pasti merasakan betapa berat juga jenuhnya berkawan dengan layar laptop atau gawai.Â
Belum lagi mereka yang lingkungannya tidak bersahabat dengan sinyal. Keluhan pembelian kuota juga menjadi salah satu masalah bagi masyarakat juga pemerintah. Hingga saat ini, tidak ada jalan keluar kecuali saling menjaga.