Semasa sekolah, saya melihat seorang adik kelas yang mempunyai tingkah laku  berbeda daripada yang lain. Dia terlihat begitu aktif, tetapi sering menyendiri dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya. Terkadang ketika didekati seseorang, dia malah menghindar.
Saya sering mendengar tanggapan dari teman-teman  tentang anak tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang mengatakan bahwa anak itu mempunyai sikap yang aneh dan seharusnya berada di sekolah khusus. Terkadang banyak teman-teman yang menertawakan tingkah laku dari anak yang mempunyai kelainan itu.
Salah satu teman dari anak tersebut pernah mengatakan bahwa sebenarnya dia hiperakif dan pandai saat pembelajaran di kelas. Bahkan, pernah menanyakan sesuatu hingga membuat guru terpaku. Dia mempunyai metode belajar yang berbeda daripada lainnya, terkadang hanya duduk diam di bangku dan bisa jadi aktif berkeliling kelas. Â Pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa dia sering memperoleh juara kelas. Dibalik hiperaktif yang dimilikinya, tersimpan kepandaian yang sama atau bahkan lebih dari orang pada umumnya.
Berdasarkan  penelitian, seseorang yang bertingkah hiperaktif mempunyai metode atau gaya belajar tersendiri. Secara khusus, mereka membutuhkan perhatian yang lebih daripada umumnya. Oleh karena itu, sekolah luar biasa lebih tepat menjadi tempat mereka dalam belajar, tetapi tidak salah  juga ketika mereka berada di sekolah umum. Sebagaimana yang dimaksud, pada sekolah umum dapat membantu mereka dalam berinteraksi sosial dengan orang normal.
Memahami Hiperaktif, Apakah ADHD?
Menurut psikolog anak dari UGM yang kerap disapa Bu Adiyanti, seseorang yang mempunyai tingkah hiperaktif akan beresiko tinggi untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan secara terstrutur. Sebab,dalam  menyelesaikan suatu tugas dibutuhkan keteraturan dan ketekunan yang berkesinambungan. Bahkan, dalam pergaulan sehari-hari, anak hiperaktif merasa kesulitan dalam berinteraksi sosial, sehingga kesusahan dalam mempertahan sebuah hubungan pertemanan.
Dr. M. G. Adiyanti, M. S. menuturkan lebih lanjut bahwa sekitar 10 persen anak usia sekolah dasar mengalami tingkah laku hiperaktif. Anak hiperaktif merujuk pada ketidakmampuan mengendalikan aktivitas yang berlebihan dari rata-rata orang pada umumnya. Anak yang berperilaku hiperaktif tidak melulu dengan kebodohan ataupun kurang pintar.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), Â walaupun perilaku hiperaktif dapat dianggap normal untuk beberapa anak, hiperaktif dapat menjadi indikasi dari kondisi perkembangan saraf, seperti ADHD untuk anak yang lain.
ADHD yang mempunyai kepanjangan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder berarti gangguan yang menyerang anak-anak dan  membuat pengidapnya kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu. Gangguan ini bisa terbawa sampai di usia remaja hingga dewasa.
Hiperaktif termasuk ke dalam salah satu gejala dari ADHD. Gejala ini dapat dilihat secara langsung yaitu ketika ada anak yang terlalu berlebihan dalam bertingkah laku khususnya dalam hal berbicara, susah sekali untuk diam ditempat, dan sering mengalami kesulitan untuk fokus dalam menerima intruksi.
Metode Belajar yang Digunakan Anak Hiperaktif
Salah satu ciri dari ADHD adalah tingkah laku yang sangat aktif, cenderung antisosial, serta bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Seseorang yang mengidap hiperaktif bahkan sudah menjadi ADHD, memerlukan penanganan khusus. Adapun metode belajar yang dapat diterapkan kepada penderita tersebut yaitu dengan menerapkan aturan khusus seperti dengan cara tertulis ataupun verbal yang berisi jadwal kegiatan, aturan yang harus dipatuhi, dan lain sebagainya.
Selain itu, baik orang tua maupun tenaga pendidik lebih baik menghindari sikap yang terkesan menuntut atau menekan. Sebab, ketika penderita merasa terancam, kemungkinan mereka akan merasa down atau bahkan lebih memberontak.
Mendidik anak yang mengidap hiperaktif hingga bahkan ADHD memang membutuhkan kesabaran dan tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa. Membiarkan penderita untuk terus berkembang tanpa dibawah tekanan akan membentuk dirinya tumbuh menjadi pribadi yang apa adanya tanpa kehilangan bimbingan dan arahan dari orang tua dan orang terdekat mereka.
Sumber Referensi:
www.halodoc.com
www.alodokter.com
www.ugm.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H