Diharapkan nantinya bisa mempercepat terciptanya kawasan TNGL yang lestari dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNGL.
Balai Besar TNGL memiliki mandat pengelolaan terhadap 3 (tiga) nilai penting di kawasan TNGL yang terdiri dari: 1) Keragaman ekosistem, 2) Keanekaragaman tumbuhan dan satwa liar, serta 3) Gejala alam yang unik.
Keragaman ekosistem hutan yang terdapat di kawasan TNGL mulai dari ekosistem hutan hujan pantai dan rawa (0 mdpl) sampai dengan ekosistem hutan pegunungan atas (di atas 2400 mdpl).
Ekosistem yang beragam tersebut menjadikan TNGL sebagai habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar.
Tercatat sebanyak 145 famili dan 669 jenis tumbuhan yang meliputi tumbuhan bawah, perdu, liana dan pepohonan, serta sekitar 84 jenis mamalia (65% dari jumlah jenis mamalia di Sumatera) hidup di kawasan TNGL.
Disana ada 4 (empat) satwa liar mamalia besar yang menjadi fokus dalam pengelolaan kawasan TNGL, yaitu Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Beberapa gejala alam unik yang terdapat dalam kawasan TNGL, diantaranya yaitu:Â
Puncak gunung tertinggi di Provinsi Aceh (puncak leuser, 3.400 mdpl), Sungai terpanjang di Provinsi Aceh (sungai alas, 32 km), danau air tawar, goa dan kawasan karst, air terjun, kawah aktif serta sumber air panas.
Bagaimana jumlah habitat hewan yang dilindungi seperti gajah, harimau, badak, serta orang utan.
Kalau data harimau sumatera, BBTNGL mempunya site monitoring di daerah (Sumut dan Aceh) dengan luas areal 68.880 ha tercatat kepadatan populasinya 1.1 individu/100 km2.
Untuk Orang utan di site monitoring Suag Blimbing terdapat  107 individu pada areal 1160 ha.