JAKARTA-Independent, Kapal fery KMP Gurita adalah jenis kapal roro yang melayari lautan penghubung daratan Aceh dengan pulau Weh Sabang.
Pada hari Jumat malam, jam 20:30 WIB, tanggal 19 Januari 1996, adalah hari terakhir kapal fery KMP Gurita berlayar, selanjutnya tenggelam di dasar laut teluk Balohan Sabang.
Biasanya kapal fery KMP Gurita menempuh rute pelabuhan Malahayati Aceh Besar dengan pelabuhan Balohan Sabang.
Masyarakat Aceh khususnya kota Sabang kembali memperingati 24 Tahun tenggelamnya kapal fery KMP Gurita.
Minggu pagi, 19 Januari 2020, pelaksanaan doa dan zikir bersama mengenang tenggelamnya kapal fery KMP Gurita, dilakukan pada kapal fery KMP Tanjung Burang, trip I jam 07:30 WIB.
Beberapa meja dan kursi dipindahkan kebagian belakang kapal fery KMP Tanjung Burang. Hari ini mentari terbit dengan indahnya. Terlihat juga awan hitam diatas langit.
Perlahan-lahan Kapal fery KMP Tanjung Burang berangkat dari Pelabuhan Balohan Sabang menuju Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh. Â
Doa dan zikir bersama ini dipimpin oleh Teungku Ibrahim dari Balohan Sabang dan diikuti oleh Kapten KMP Tanjung Burang, Rubai, para ABK, kepala ASDP Cabang Sabang, Husaini serta seratusan penumpang lainnya.
Tiba di Ujung Seukei, Kapal fery KMP Tanjung Burang berhenti sejenak dan kemudian jalan perlahan-lahan sambil melakukan satu putaran di Ujung Seukei pada lokasi tenggelamnya kapal fery KMP Gurita.
Paska doa dan zikir selesai dilanjutkan tabur bunga ke laut oleh Teungku Ibrahim disaksikan oleh seratusan penumpang lainnya sambil mengabdikan dengan kamera.
Setelah doa dan zikir bersama selesai dilanjutkan ramah tamah antar penumpang warga Sabang mengenang tragedi tenggelamnya kapal fery KMP Gurita.
Para penumpang saling bercerita tentang peristiwa tragedi tenggelamnya kapal fery KMP Gurita, yang membawa 378 orang penumpangnya, 40 orang selamat, 54 orang meninggal, 284 orang hilang untuk selama-lamanya termasuk kedua orang tua saya, Asisten II Walikota Sabang, Drs.M.Nasir dan istri.