JAKARTA-Independent, Berbicara narkoba tentu saja tidak akan habis-habisnya. Tiap hari ada saja orang yang meninggal dunia gara-gara benda setan yang disebut narkoba.
Daerah Aceh terkenal dengan Ganjanya. Bahkan ganja Aceh diakui sebagai salah satu ganja yang terbaik di dunia.
Saat ini Aceh sudah darurat narkoba. Apalagi narkoba jenis shabu-shabu asal Malaysia masuk ke Aceh seperti hujan turun dari langit. Dampak narkoba bagi otak penggunanya dimana apabila otak seseorang sudah dirusak oleh narkoba, maka rusaklah masa depannya karena dia tidak bisa memaksimalkan hidupnya dengan otak yang sudah rusak. Apabila ini terjadi pada generasi muda bangsa kita, maka rusaklah masa depan bangsa.
Kepala BNN Provinsi Aceh Brigjen Pol. Drs. Faisal Abdul Naser, M.H; mengungkapan bahwa,"Apabila ada keluarga atau kerabat kita yang yang terlibat dalam Penyalahgunaan Narkoba, maka segeralah bawa ke BNN Provinsi Aceh untuk dipulihkan melalui rehabilitasi."
Kedepan direncanakan ada tiga panti (tempat) rehabilitasi yang akan dibangun di Aceh. Begitu pula pula BNN kota/kabupaten baru ada di  BNN Kab. Pidie, BNN Kab. Bireun, BNN Kota langsa, BNN Kota Lhokseumawe, BNN Kab. Aceh Selatan, BNN Kab Gayo Lues, BNN Kota Sabang dan direncanakan akan dibangun BNN Kota Banda Aceh.
Dari empat juta pengguna narkoba maka ada 33 orang yang meninggal setiap harinya. Untuk penyalahguna dan pelaku pengedaran gelap narkoba akan berakhir pada 3 tempat yaitu: Â Rumah Sakit Jiwa, Penjara, dan Kuburan (Kematian).
Pada bulan September 2017 ada juga penyeludupan narkoba asal Malaysia jenis sabu sekitar 133 kg dan 42.500 butir ekstasi yang digagalkan aparat BNN kota Lhoseumawe. Hingga Desember 2017 terungkap dari data BNN Aceh terkait narkoba ada 31 orang tersangka, shabu 391 kilogram dan ganja 610 kilogram.
Untuk Provinsi Aceh dalam setahun terakhir sebesar 0,5 persen atau 1 dari 100 pelajar dan mahasiswa menyalahgunakan narkoba.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat sangat penting diketahui terutama generasi muda tentang bahaya dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sehingga mereka dapat melindungi diri, keluarga dan lingkungannya dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang ada dilingkungan kita masing-masing.
Kearifan Lokal dapat meningkatkan rasa tanggung jawab kita bersama dalam menjaga generasi kita dari bahaya narkoba. Dengan Seni, Sejarah, Budaya dan Masjid (Agama) merupakan bahagian dari Kearifan Lokal yang harus kita hormati, kita jaga dan kita ingat selalu.Â
Dimana melalui Kearifan Lokal ini dapat meningkatkan rasa peduli kita semua terhadap ancaman yang dapat merusak kedamaian dan ketentraman kita, begitu juga dengan ancaman bahaya Narkoba yang sudah sangat mengkhawatirkan yang berdampak akan hilangnya generasi bangsa kita khususnya Aceh.
Patut disesalkan sekali, Kepala BNN Provinsi Aceh Brigjen Pol. Drs. Faisal Abdul Naser, M.H; sangat risau karena banyak bandar narkoba yang ada di Aceh ini menyumbang hasil dari penjualan narkotikanya untuk masjid.Â
Sudah semestinya pendapatan dari penjualan narkoba yang merupakan barang haram tidak semestinya disumbangkan untuk tempat ibadah, karena itu sama halnya dengan mempermainkan Ibadah."
Semua elemen masyarakat untuk bersama sama bergerak melawan penyalahgunaan narkoba. Mari kita ke depan bersatu padu mencegah dan menjaga daerah kita dari bahaya narkoba. Patroli pencegahan dan pemberantasan narkotika yang simpatik. Mari bersama kita perangi narkoba, karena narkoba dapat merusak generasi muda kita.
Rachmad Yuliadi Nasir (SMS/WA : 0888.7211.300)
Galery Photo:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H