JAKARTA-Independent, Sebagai umat muslim maka Kita dituntut untuk selalu shalat lima waktu. Hal ini merupakan perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam Isra’ Mi’raj. Tidak terasa sekarang kita telah melewati dan memperingati kembali peringatan Isra’ Mi’raj pada tanggakl 27 Rajab 1438 H.
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa di mana Rasulullah SAW melakukan perjalanan pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Kemudian Beliau di mi’rajkan oleh Allah ke Sidratul Muntaha.
Ketika itulah Nabi Muhammad SAW meminta keringanan jumlah shalat dari 50 waktu menjadi 5 waktu. Dapat Kita renungi perjuangan nabi Musa mengingatkan Rasulullah SAW begitu turun untuk shalat 50 kali sehari, sampai akhirnya 5 kali sehari. Intinya, kita harus shalat tepat waktu, karena itu perjuangan sendiri.
Sesungguhnya Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.  Dalam Alquran surat QS. Al-Ankabut: 45, "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ (keji) dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dimana-mana orang merayakan peringatan Isra’ Mi’raj nabi Muhammad SAW dari mesjid di desa, kota/kabupaten, provinsi hingga pusat kekuasaan di istiqlal Jakarta. Kita semua harus mengambil hikmah terpenting dari peringatan Isra’ Mi’raj nabi Muhammad SAW  tahun 1438 H/2017 ini.
Beberapa hikmah terpentingnya antara lain: Â Menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dalam memimpin kekuasaan baik di Jakarta maupun di seluruh daerah di Indonesia. Mengikuti sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah seperti sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), tablig (menyampaikan kebenaran), dan fatanah (cerdas).
Ternyata sentral dari sebuah negeri adalah Masjidnya. Hal inilah yang digambarkan dengan jelas oleh Allah, dalam perjalanan Isra’ Nabi Muhammad, yaitu perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
Perjalanan Isra’ Rasulullah adalah dari Masjid ke Masjid. Kenapa ke Masjid? Karena Masjid adalah tempat yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Masjid adalah Sentral Sebuah Masjid, bukan Mallnya, bukan hotelnya, bukan hasil buminya.
Dalam perjalanan Isra’, Malaikat Jibril yang mendampingi Nabi Muhammad, selalu menyarankan kepada Rasulullah untuk melakukan Shalat pada tempat-tempat yang penuh dengan sejarah, baik yang telah lampau maupun yang akan menjadi sejarah di kemudian hari.
Rasulullah selalu memprioritaskan dan menjadikan shalat sebagai sarana untuk menghibur diri serta mencari jalan keluar. Setiap muslim harus menerapkan nilai-nilai shalat dalam kehidupan sehari-hari. Shalat tidak hanya ada di masjid atau semata saat kita melakukannya, tapi shalat harus menjadi spirit saat kita menarik nafas di setiap saat.
Shalat mengajak kita untuk menjaga hati agar teguh dalam melakukan hal-hal kebaikan. Jika shalat dilaksanakan dengan khusyu’ dan nilai-nilainya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang indah, disiplin dan istiqamah.