Satu lagi point penting yang kudapat dari kasusnya dan selalu ingin kuingatkan kepada para bapak, suami, jika membaca tulisan ini, adalah DENGARKAN ISTRIMU. Be a man, jangan kena Peterpan Sindrom yang menghindari tanggung jawab—terutama di rumah tangga dengan tugas-tugas domestik—lalu memilih asyik menjadi anak-anak dengan mainan gadget. Jejaring sosial itu tidak lebih berarti daripada istri dan anak-anakmu sendiri. Istri yang kau pilih dia karena cinta. Anak-anak yang dilahirkan dengan cinta pula yang besok dewasa akan dengan bangga berkata, dia bapakku. Tekanan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, jauh lebih besar daripada deadline proyek kantor, karena dia tak ada masa expirednya.
So, sebelum ngelantur kemana-mana, aku ingin bertanya, sudikah kau ibu rumah tangga maupun ibu pekerja untuk tetap menjaga keseimbangan keluarga dan pekerjaan? Menetapkan skala prioritas serta tetap ikhlas? Mari kita bersama-sama! Karena aku pun tengah dan selalu berusaha.
Dan kau para suami, rangkullah wanita yang kau cintai itu, ibu dari anak-anakmu dengan sepenuh hati, jangan duakan dengan Blackberry. Dengarkan keluh kesahnya repot seharian meski itu terdengar seolah nada sumbang dan jauh tidak menarik dibanding suara komentator pertandingan bola. Lepaskan mata dan tanganmu dari laptop, PC tablet, maupun smartphone. Jika tak ada ART yang membantu istri, manfaatkan tanganmu untuk membantunya menyuapi, menceboki anak, mencuci piring, bercanda dengan mereka, dan sebagainya. Niscaya, dia akan lebih menaruh hormat kepadamu dan menjadi ibu yang lebih baik bagi anak-anakmu. Maukah kau melakukan itu?
Tanah Baru, 2/12/’11 23.18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H