Mengantarnya kembali lelap, pertanyaannya tentang manusia sungguh mengusikku dalam. Akal, berkah terbesar yg dianugerahkan Tuhan untuk mengelola alam termasuk sesama manusia, justru kini dimanfaatkan sewenang-wenang.
Nurani yg harusnya menjaganya ternyata juga telah dibuang kemana. Qobil jelas tak sendirian. Dengan cara yg makin canggih, rumit, mbulet, duplikatnya melempar batu ke Habil Habil lainnya. Membunuh tak secara vulgar ragawi, tapi lebih luas lagi. Mata pencaharian, kesempatan mendapat pendidikan, papan yang layak, dan masih banyak lainnya.
Jika sudah begitu, masih layak kah disebut manusia yang aslinya berakal dan berbudi?
Tanah Baru, 2/12/'11 00.35