Hari ini, 5 hari setelah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Pendapat baik dan buruknya kebijakan tersebut menyebar di kalangan masyarakat, dan pastinya sebuah keniscayaan bahwa penolakan kenaikan 2000 rupiah ini menjalar dikalangan masyarakat ekonomi menengah hingga masyarakat ekonomi bawah dan beberapa kalangan masyarakat ekonomi atas.
sumber : http://politik.rmol.co/read/2014/10/31/178095/DPR-Tandingan-Manuver-Pengalihan-Isu-Kenaikan-BBM-
Pendapat didalam tulisan ini, hanyalah sejumlah ajakan kepada “Kita” (pemuda-pemuda, dan yang merasa dirinya masih pemuda) untuk ikut sejenak memikirkan bahwa telah terjadi sebuah kebijakan yang atas keberadaanya negeri kita ini tidak se-nyaman seperti biasanya, dan jikalau “kita” masih merasa nyaman maka bolehlah sejenak berkunjung kepada mereka yang terusik kenyamanannya walaupun tampak luarnya mereka tetap mensyukuri apa yang terjadi pada diri mereka.
Dua hal yang ingin disampaikan, terlepas suka dan tidak sukanya beberapa kalangan didalamnya. Pertama, hal ini tentang pandangan subjektif ketidak-sukaan beberapa kalangan terhadap pendapat kalangan lainnya. Kedua, hal ini tentang langkah minimal yang dapat dilakukan terhadap lahirnya kebijakan kenaikan 2000 rupiah tersebut.
Seperti yang telah terjadi seperti kenaikan BBM tahun-tahun sebelumnya, penolakan adalah sebuah pendapat untuk memobilisasi massa dalam jumlah besar menyatakan bahwa mereka tidak menyepakati terkait kebijakan yang dikeluarkan. Didominasi oleh kalangan menengah, dan membawa suara dari kalangan bawah (terlepas bersuara atau tidaknya kalangan bawah). Bagi sebagian kalangan, kenaikan BBM sepertinya tidak mempengaruhi banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Dan bagi kalangan bawah pun, walaupun akibatnya cukup terasa, sebagian menampilkan sikap yang “legowo” terhadap apa yang pemerintahnya telah tetapkan.
Pungkiri atau tidaknya, kenaikan harga BBM tetap memberikan akibat terhadap arus per-ekonomian didalam kalangan masyarakat. Harga-harga makanan pokok akan meningkat, segala biaya transportasi akan menyesuaikan untuk mengalami penaikkan, dan biaya yang dikeluarkan oleh seorang kepala keluarga akan lebih banyak daripada sebelumnya. Akibat itu telah menjelma menjadi sebuah hal negatif yang dirasakan oleh masyarakat. Oleh karenanya, terlepas pemerintah memiliki alasan kuat atau tidak dalam menaikkan harga BBM, menjadi keniscayaan bahwa kebijakan tidak “Ramah” kepada beberapa kalangan masyarakat.
Beberapa kalangan telah menjadi korban ketidak-ramahan pemerintah, (“terlepas apapun alasan pemerintah menaikkannya”). Dan bagi kalangan yang dampak negatif tidak ia rasakan, cobalah sedikit ber-empati merasakan bahwa sesama masyarakat dengan berbeda kalangan sedang membanting tulang lebih keras untuk menanggapi kebijakan ini. Pun alhasil kebijakan ini, beberapa kalangan turun ke jalanan menyatakan kehadiran kelompok mereka yang menolak akan kebijakan tersebut.
Kehadiran mereka mewakili semua kalangan yang mengusulkan penolakan (terlepas bersuara atau tidaknya kalangan bawah). Maka janganlah kita meng-anggap ketidak-baikkan terhadap para penjajah jalanan tersebut. Suara tersebut harus tetap disuarakan kepada pemerintah, mereka menjadi pengontrol nilai terhadap kebijakan pemerintah, mereka menjadi wakil rakyat yang sesungguhnya yang sedikit kenyamanan masyarakatlahyang mereka tuju.
Dari situasi tersebut, bukanlah sebuah pilihan yang tepat meng-anggap sebelah mata para demonstran dijalanan. Para mereka yang tidak terlibat langsung dijalanan pun seharusnya menampilkan sedikit ucapan terimakasih atas keterwakilan rakyat yang telah disuarakan.
Lantas bagaimana dengan mereka yang sepertinya terlihat diam, apakah terdapat ke-tidakbaik-kan pada pendapat mereka?. setiap orang mempunyai caranya masing-masing dalam menyatakan pendapatnya, nyatanya. Mereka yang tak menjadi aktor langsung dilapangan, bukan tidak menolak kebijakan pemerintah. Setiap kalangan mempunyai caranya masing-masing, menampilkan kepedulian mereka kepada kalangan sekitar mereka. Dengan kata lain, setiap kalangan wajib menghormati setiap langkah yang kalangan lain utarakan kepada pemangku kebijakan, baik perlakuan aktif ataupun pasif yang mereka Lakukan. Tapi, marilah mencoba merasakan kondisi beberapa kalangan yang cukup merasakan efek ke-tidaknyaman-an dengan kebijakan harga ini. Merasakannya, dan memandang dengan kedua mata terbuka lebar keberadaan semua kalangan.
Perihal ulasan kedua, ada kaitanya dengan seorang pemain cadangan olahraga sepak bola. Sebuah film dokumenter pernah menayangkan sebuah kehidupan pemain gelandang tengah yang sejatinya piawai dalam mengatur irama pertandingan sepakbola. Akan tetapi, karena penyakit yang dideritanya, ia hanya dimainkan oleh pelatihnya pada waktu 30-15 menit sebelum pertandingan berakhir. Dan bisa dikatakan karirnya banyak dihabiskan dalam posisi pemain cadangan.
Suatu waktu, dalam sebuah pertengahan pertandingan terdapat perbincangan antara ia dengan sesama pemain cadangan yang mengeluh akan posisi mereka. Kemudian ada petuah yang baik yang patut dicontohi dari pengutaran pemain tersebut.
“Seorang pemain cadangan, selama ia duduk di bangku cadangan, menunggu dimainkan bukanlah pekerjaan utamanya. Pekerjaan mengamati, kemudian mempelajari setiap taktik lawan, setiap pergerakan individu lawan-lah yang seharusya ia lakukan. Ketika dimainkan, pelajaran berpuluh menit cukup untuk membuat irama permainan lawan kocar-kacir.” Nasihat ia kepada sahabatnya.
Dan nasihat ia-lah yang ingin disampaikan kepada semua kalangan pembelajar saat ini. Jika perlakuan yang dilakukan tak ber-efek besar dengan kebijakan yang telah di keluarkan. Maka marilah mengamati semua pola pengambilan kebijakan saat ini. Maka marilah mempelajari mangapa dan bagiamana kebijakan dan akibatnya dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Kepercayaan ini memberikan pemahaman bahwa pemangku kebijakan di masa depan ialah mereka yang saat ini peduli kepada masyarakat sekitarnya, dan berharap di masa depan kebijakan mereka dapat menyejahterahkan semua kalangan masyarakat.
Di masa depan, dari proses mengamati, kemudian mempelajari, ialah kemudian mengayomi semua kalangan melalui kebijakan yang tepat, dan mungkin para pemangku kebijakan nantinya adalah orang yang sedang duduk membaca buku di sekeliling anda. Bagi para pembelajar, lakukanlah sekecil-kecilnya langkah untuk ikut serta peduli kepada masyarakat, semua kalangan yang merasakan akibat dari kenaikan harga BBM ini.
Dengan segala kelebihan yang kita miliki dari kalangan masyarakat lainnya, maka marilah melepas diri dari ke-kerdil-an dengan tidak melihat kehidupan masyarakat sekitar. Marilah menjadi para kalangan masyarakat yang besar hatinya, yang keberadaannya turut memikirkan kalangan masyarakat lainnya. Semoga panjang umur dan panjang amal para mereka yang besar hatinya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H