Perkembangan Bahasa
2-2,5 tahun
- Sudah bisa mengucap empat kata "mama mau mimi cucu"
- Suka berceloteh menyebut nama anggota keluarga
- Sudah bisa mengerti pembicaraan orang lain
2,5-3 tahun
- Bahasa sudah lancar dan mengerti pembicaraan orang lain
- Fantasi berbicara sendiri di telepon
- Fantasi pura-pura baca
3-4 tahun
- Senang mendengarkan cerita
- Dapat mengucapkan kata-kata berlawanan arti seperti: besar kecil, panjang pendek
4,5-6 tahun
- Berbicara lancar, bisa membaca sendiri tanpa bantuan
- Usia 6tahun mampu menggunakan kalimat majemuk dan anak kalimat.
Jendela kesempatan pada otak anak untuk mempelajari bahasa terbuka sejak usia 2 bulan hingga 5 tahun. Bahkan, sejak lahir bayi secara genetis mudah dipengaruhi oleh bahasa sehingga ia sering bergumam sendiri dan mulai mengucap kata meskipun tanpa makna. Area bahasa pada otak menjadi benar-benar aktif pada usia 18-20 bulan. Pada usia ini, bayi dapat belajar secara alamiah 10 kata atau lebih perhari. Pada usia 3 tahun, anak rata-rata telah menguasai 900 kata. Selanjutnya pada usia 5 tahun, anak-anak telah mampu menguasai 2500 hingga 3000 kata.
 Dalam perspektif neurosains, otak bayi yang baru lahir bukanlah kertas putih sebagaimana dikatakan Jhon Locke. Area-area tertentu telah dikhususkan untuk stimulus-stimulus tertentu pula, termasuk bahasa lisan. Jendela kesempatan pada otak anak untuk mempelajari bahasa lisan terbuka sejak bayi lahir dan menyempit pada tahap kedua pada usia 10-12 tahun. Setelah usia ini, bahasa apapun akan sulit dipelajari anak-anak.[7]Otak kiri berperan untuk mengembangkan kemampuan verbal atau bahasa, logika, angka, matematika, intelektual dan kerja yang berurutan. Orang yang dominan dengan otak kirinya lebih pandai melakukan analisa dan proses logis, tetapi kurang pandai dalam hal hubungan sosial. Adapun otak kanan yang memiliki fungsi berbeda dengan otak kiri, otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ) misalnya seperti sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain, serta pengendalian emosi.[8]Karakteristik kerja belahan otak kiri dan otak kanan telah banyak menimbulkan implikasi dalam pembelajaran, salah satunya kombinasi kata-kata (verbal) dan gambar (grafis) artinya, bahasa (baik berupa suara maupun tulisan) yang dilengkapi dengan gambar sebagai media pembelajaran mampu menstimulasi kedua belahan otak anak.[9]Otak kiri adalah bagian istimewa yang membuat manusia berbeda dengan hewan, diantara potensi otak kiri sebagai berikut:
Â
- Suara yang berupa bahasa. Di otak bagian ini, manusia punya kemampuan membedakan jenis suara yang sangat kompleks. Misalnya, kita bisa membedakan mana kata "sad" mana kata "sat" membandingkan suara manusia satu dengan yang lain.
- Penglihatan dan Kemampuan Membaca. Penglihatan pada manusia terspesialisasi untuk membaca. Otak ini mempelajari susunan-susunan garis yang kita sebut Alfabet. Terkadang ada sebagian kecil orang yang mengalami gangguan pada bagian ini sehingga mengakibatkan mereka susah membaca dan menulis.
- Pelafalan/Ejaan. Manusia memiliki kemampuan berfikir dengan berbahasa bahkan berfikir dengan bahasa asing. Dibagian otak ini ada bagian yang disebut dengan "Angular Gyrus" yang berfungsi untuk mencocokan antara bunyi dengan huruf.
- Tata Bahasa. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan spesial untuk masalah bahasa. Salah satu bentuk kecerdasan ini adalah kemampuan kita untuk membedakan bahwa anjing mengejar manusia itu berbeda dengan manusia mengejar anjing. Jadi kecerdasaan ini semacam menempatkan kata menyusun kata-kata.[10]
Bahasa (language) dan berbicara (speech) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bahasa mencakup setiap bentuk komunikasi yang ditimbulkan oleh pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Anak akan mengerti ungkapan seseorang karena melalui pembendaharaan kata yang disampaikan, akan tetapi jika anak tidak mempunyai jumlah pembendaharaan kata yang akan digunakan sebagai elemen berbicara, anak tidak dapat berbicara atau berkata-kata. Pada mulanya anak belajar berbicara agar ia dapat memenuhi kebutuhannya. Anak akan lancar berbicara jika sudah memiliki kesiapan berbicara. Ada dua bentuk proses yang menentukan kesiapan anak dalam berbicar, yaitu perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa.Â
- Perkembangan kognitif anak. Menurut pandangan jean piaget, kognitif adalah hasil aktivitas asimilasi dan akomodasi dari kematangan otak dan sistem syaraf terhadap pengalaman-pengalaman ketika individu berinteraksi.
- Perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan berkembang bersama-sama dengan bertambahnya usia. Menurut lenneberg perkembangan bahasa anak seiring dengan perkembangan biologis.
- Pengaruh pemerolehan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa pertama, menurut Comsky dinyatakan bahwa bahasa pertama merupakan kemampuan bawaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kemampuan bawaa tersebut anak dapat menguasai kaidah-kaidah dan struktur kebahasaan melalui berbagai interaksi langsung dalam kegiatan bahasa.
- Pengaruh pemerolehan bahasa kedua. Menurut Dulay, Burt, dan Krashen (1982) pemerolehan bahasa kedua ditentukan oleh faktor lingkungan bahasa dan faktor internal. Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang didengar dan lihat anak dalam belajar, yaitu bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Lingkungan internal adalah faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor kepribadian, umur, dan motivasi.[11]
- Teori Behavioral. Teori ini adalah teori yang menekankan pada kebiasaan. Teori yang dikembangkan oleh B.F Skinner, berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak dikendalikan oleh lingkungan. Jadi dalam teori behavioral lebih menekankan pada kebutuha "pemeliharaan" perkembangan intelektual dengan memberikan stimulus pada anak dan menguatkan perilaku anak.
-  Teori Maturasional. Teori maturasional merupakan teori yang menekankan pada  kesiapan biologis individu. Menurut teori ini anak telah mempunyai jadwal untuk berbahasa/berbicara. Dalam pandangan ini, anak berbahasa secara tahap perkembangan.
- Teori Preformasionis. Penganut teori ini percaya sekali adanya teori tentang proses mental yang di sebut Language Aquisition Device (LDA). LDA diyakini bahwa anak belajar bahasa berdasarkan dari apa yang dia dengar dari orang-orang disekitarnya. Pemrakarsa teori ini adalah Noam Chomsky. [12]
- Teori Perkembangan Kognitif. Dalam teori perkembangan kognitif ini diasumsikan bahwa anak lebih mengubah lingkungan dan diubah lingkungan. Pemrakarsa teori ini adalah jean piaget dan vigotsky. mereka berpendapat bahwa cara belajar seseorang merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Perkembangan bahasa anak dibedakan oleh Yusuf menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut :
- Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Fungsinya untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
- Socialized Speech, terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau lingkungannya. Dalam tipe ini, perkembangan bahasa anak dibagi menjadi lima bentuk yaitu: (a) adapted information, terjadinya saling tukar gagasan, (b) critism, Â menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau perilaku orang lain, (c) perintah, permintaan dan ancaman, (d) pertanyaan, (e) jawaban. Fungsi dari sosialized Speech yaitu mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial.[13]
Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan belajar anak usia dini ialah memenuhi tugas perkembangannya melalui kegiatan pembelajaran.[14] Berikut merupakan karakteristik anak usia dini:
- Rasa ingin tahu anak yang besar. Rasa ingin tahu anak berkembang sejak ia mampu mengenal dunia dengan panca indra. Para tokoh seperti Pestalozzi, Froebel, Montessori, bahkan Ki Hajar Dewatara sepakat bahwa anak memrespons dunianya melalui panca indra. Melalui panca indra anak memperoleh pengalaman demi pengalaman. Rasa ingin tahu adalah sejata bagi anak untuk menemukan pengalaman baru. Semakin kaya pengalamannya akan semakin cepat mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
- Karakteristik lain anak adalah mobilitas tinggi. Mobilitas tinggi sebenarnya berkaitan dengan upaya anak mengoptimalisasi seluruh aspek perkembangan, termasuk mencari pengalaman dan informasi baru
- Bermain adalah adalah kodrat sekaligus kebutuhan anak. Semua anak suka bermain, bermain peran sangat penting dalam perkembangan jiwa dan raga anak. Bermain menjadi sarana untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan.[15]
- Bersifat Egosentris. Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
- Bersifat Unik. Masing-masing anak berbeda satu sama lain meskipun terdapat pola urutan umum dalam pekembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
- Mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli/tidak ditutup-tutupi. Ia memperlihatkan wajah yang ceria disaat gembira dan ia menampakkan murung ketika bersedih
- Bersifat aktif dan energik. Anak suka melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas dan gerak fisiknya juga merupakan kebutuhan belajar dan perkembangan.
- Memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Karakteristik perilaku seperti ini menonjol di usia 4-5 tahun. Anak pada usia ini banyak memperhatikan, membicarakan, serta mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru.
- Bersifat eksploratif. Terdorong rasa ingin tahu yang kuat, anak sangat suka menjelajah, mencoba dan mempelajari hal baru.
- Kaya dengan fantasi
- Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif. Ia dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun.[16]
Menurut Yusuf, faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak ada beberapa yaitu
- Faktor kesehatan, apabila pada dua tahun pertama kesehatan anak sering terganggu, maka perkembangan bahasanya akan terhambat. Perkembangan dan pemerolehan bahasa terdiri dari berbagai kondisi fisik, diantaranya pada anak tidak terjadi masalah pada organ bicaranya, organ pendengarannya dan sistem neuromuscular di otak. Agar perkembangan bahasa dapat terjalan normal, maka semua tersebut harus berfungsi secara baik dan efektif.
- Intelegensi, anak yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal atau diatasnya, biasanya mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Sedangkan anak yang mengalami keterlambatan mental akan sangat miskin dalam berbahasa.
- Status sosial ekonomi keluarga, sebagian besar anak yang berasal dari keluarga miskin akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. hal ini disebabkan adanya beberapa perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar pada anak dari keluarga miskin dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga mampu.
- Jenis kelamin, anak perempuan mempunyai perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Perbedaaan perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan anak perempuan dapat dilihat dari faktor biologis dan sosialnya. Perkembangan otak kiri (hemisfer cerebral) pada anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki padahal otak ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa. Anak laki-laki lebih mengutamakan banyaknya gerakan daripada berbicara.
- Hubungan keluarga, anak yang menjalin hubungan dengan keluarganya secara sehat dapat memfasilitasi perkembangan bahasanya. Sebaliknya, jika anak menjalin hubungan yang tidak sehat dengan keluarganya maka perkembangan bahasa anak cenderung mengalami kelainan seperti, gagap, berkata kasar dan tidak sopan, merasa takut menyampaikan pendapatnya.[17]
Lingkungan adalah tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak karena pada hakekatnya proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian meniru suara yang didengarnya yaitu dari lingkungan tempat ia tinggal.[18]Lingkungan yang utama yaitu lingkungan keluarga, dan pemeran utama dalam keluarga adalah kedua orang tuanya. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini. Perkembangan anak tergantung pada pemikiran kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah SAW bersabda "setiap anak dilahirkan berdasarkan fitrah, kedua orang tualah yang akan menjadikannya dia Yahudi atau Nasrani atau Majusi".[19]Â
 Orang tua atau keluarga punya peran sentral dalam mempengaruhi tugas perkembangan anak usia dini. Anak bisa tumbuh dan berkembang karena rangsangan lingkungan. Lingkungan yang baik akan menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka dapat membuat proses tumbuh dan berkembang jadi tidak sempurna. Kehangatan dalam keluarga mampu membentuk karakteristik anak yang baik. Lingkungan sekitar juga berperan dalam semua aspek perkembangan anak. Akan tetapi tidak semua lingkungan sekitar memberikan contoh perilaku, berbahasa dan kebiasaan yang baik. Banyak anak yang semula berperilaku baik, setlah bergaul dan bermain dengan anak-anak di lingkungannya menjadi kasar, kurang tata krama dan meniru cara perilaku buruk lainnya.[20]