Mohon tunggu...
indarti fareninda
indarti fareninda Mohon Tunggu... Freelancer - Investigative Mind Journey

Hamba Allah, Full Time Traveller, Investigative Journalist, Movie Geeks, Natural Born Writer, Pro Bono Politician

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ucapan Selamat Natal yang Tidak Haram

25 Desember 2016   01:59 Diperbarui: 25 Desember 2016   03:12 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum wr wb.

Setiap natal ingatan saya melayang saat saya bekerja di sebuah tv kabel sekitar 4 tahun yang lalu. Mayoritas teman teman saya berbeda agama dengan saya. Ada yang katholik, kristen, buddha bahkan kong hucu tapi kami hidup damai berdampingan, setiap natal setiap tahunnya saya selalu mengikuti christmas dinner bersama mereka tapi mereka tidak pernah memaksa saya memakai atribut natal ataupun memakan makanan yang diharamkan agama saya. Dengan mengikuti christmas dinner tanpa mengucapkan selamat natal pun mereka sudah paham bahwa saya ikut bahagia dan menghargai mereka. Begitupun mereka saat tiba hari besar agama saya. Begitupula saat gong xi fa cai, saya ikut saja dinner tahun baru, ikut tradisi makan jeruk, mie dll. Ini sekedar gambaran bahwa sejak dulu toleransi antar umat beragama sudah berjalan cukup baik di negeri ini. toleransi bukan berarti harus merusak akidah dan keyakinan agama anda sendiri. Ingat, wahai umat islam toleransi dalam islam mutlak hukumnya hanya 1 "Laa kum dinukum waliyaa diin" : bagiku agamaku dan bagimu agamamu.

Ada banyak cara untuk menghargai agama orang lain. Be creative dong! Ada banyak cara menjadi orang yang toleran tanpa harus menjadi seorang sekuler. Ada banyak cara untuk ungkapkan ikut berbahagia tanpa harus melanggar hal yg belum kita yakini halal atau haramnya (jujur saya yang agak kurang ilmu agama ini tidak tahu dengan pasti dalam islam sebenarnya membolehkan atau melarang ucapan selamat natal) tapi saya memilih jalan aman dan kreatif untuk tetap menghargai teman teman saya yang beragama lain. Daripada sok tahu dan sok sekuler seperti sebagian orang. Islam agama yang damai tapi ada hal hal yang tidak bisa ditawar, maka jangan berjudi dengan ketentuan Allah. Jangan rusak kebahagiaan teman teman yang merayakan natal dengan polemik seperti ini. Mereka tidak masalah kita mau ucapkan atau tidak, kita cukup tenang tidak usah ribut. Jadi buat apa sok seperti pahlawan kesiangan berjudi dengan hukum agama cuma karena ingin di cap toleran??? Kreatif lah sedikit jangan pakai emosi saja.

Saya bangga Indonesia dari dulu sudah sgt hebat toleransinya. Bayangkan berbeda suku, agama tapi tidak pernah perang agama, perang suku berkepanjangan. Kita sangat hebat saudara saudaraku. Jangan sampai isu agama ini dipakai oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memecah belah persatuan bangsa ini, jangan sampai isu ini dipakai untuk semakin mendiskreditkan ISLAM dan jangan sampai cuma karena sekedar mengejar LABEL ISLAM TOLERAN, anda sekalian jadi golongan orang-orang yang MUNAFIQ dan sibuk menghina-hina agama dan saudara sesama muslim yang cuma ingin menegakkan syariat islam dengan benar. Apakah mulia di mata manusia jauh lebih penting bagi anda daripada mulia di mata ALLAH SWT? Naudzubillahmindzalik

#ingat lagi saudara-saudaraku masih banyak masalah negara ini yg jauh lebih penting : 2020 bonus demografi, MEA sudah menghadang, proxy war merajalela, referendum papua sudah di depan mata.

P.S : untuk teman teman saya yg merayakan natal, kalian tahu saya selalu menghargai kalian. Salam Damai. Wassalamualaikum wr.wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun