Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Sejarah dari Perjalanan Nabi Ibrahim

16 Juni 2024   21:52 Diperbarui: 16 Juni 2024   22:07 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika kita memasuki bulan zulhijjah setiap tahun ada suatu momentum yang dapat dijadikan contoh dan teladan dalam proses kehidupan sehari-hari. Ada suatu perayaan besar yang dapat dijadikan teladan untuk bagaimana untuk mensikapi proses kehidupan yang penuh dengan dinamika persoalan hidup.

Belajar sejarah dari perjalanan kisah Nabi Ibrahim AS yang penuh nuansa peradaban pembelajaran untuk kita yang hidup dalam generasi akhir zaman. Kadang kita belajar sejarah dari perjalanan orang-orang terdahulu tak utuh dalam memahami problematika kehidupan yang penuh dengan ego, trik dan intrik.

Dalam Agama Islam memandang Ibrahim sebagai salah satu nabi dan rasul dan termasuk dalam kelompok ulul azmi. Bersama putranya, Ismail, Ibrahim dikenal sebagai peninggi pondasi Ka'bah yang kemudian menjadi kiblat umat Muslim seluruh dunia. 

Salah satu yang ada dalam Islam adalah Hari raya Idul Adha juga menjadi pengingat akan peristiwa penyerahan sepenuhnya Ibrahim atas perintah Allah. Dia juga dikenal dengan gelarnya, khalilullah (kesayangan Allah). Dalam Al-Qur'an juga ditegaskan bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan kesinambungan dari ajaran Ibrahim.

Menurut Ali Syariati, seorang intelektual asal Iran, peristiwa Sunnah qurban memiliki sarat dan makna simbolik,  didalamnya ada jalinan proses komunikasi, di antaranya menghargai harkat martabat manusia untuk tetap hidup dan menekankan kehidupan sosial sebagai wujud kepasrahan yang total kepada Allah SWT. Namun, dalam segala perwujudannya, dulu dan sekarang, makna Sunnah qurban kini telah bergeser menjadi sebuah tradisi ritual belaka yang tidak memiliki nilai apa-apa.

Menurut ASSYARI ABDULLAH, S.Sos., M.I.Kom. memaknai komunikasi simbolik ibadah sunnah qurban bisa dilihat dari pemahaman akan makna simbolik qurban itu sendiri, diantaranya Pertama, Dalam ibadah qurban yang menjadi simbolnya adalah mengorbankan binatang ternak yang kita miliki. Mengagapa binatang ternak yang harus diqurbankan? 

Ada makna yang bisa kita petik bahwa islam berupaya untuk mengkomunikasikan kepada manusia menggunakan simbol universal berupa binatang ternak yang dipahami sebagai symbol keangkuhan, keburukan dan kerakusan yang akan berimplikasi kepada kehancuran dan kebinasaan. 

Melalui momentum Ibadah Sunnah Qurban ini islam melakukan komunikasi universal kepada ummat manusia bahwa dengan menyembelih binatang ternak diharapkan sifat-sifat dan karakter kebinatangan yang terdapat pada diri hamba bisa terkikis seiring dengan lenyapnya darah dari binatang yang kita sembelih tersebut

Kedua, Meninggikan harkat Martabat manusia. Momentum qurban ini tidak bisa dipahami sebagai ibadah ritual belaka yang gersang akan jauh makna. Dalam Idul Adha ini islam mengkomunikasikan kepada sekalian alam bahwa ini adalah wujud kepasrahan Nabi Ibrahim secara totalitas kepada Allah Tuhan Sekalian Alam. 

Bahkan lebih dari itu, qurban mempunyai makna pembebasan manusia dari sifat-sifat kebinatangan, sifat semena-mena dan kesewenang terhadap manusia. Ali Syari'ati menjelaskan dalam Hajj bahwa ketika Allah SWT mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba, tersirat pesan kepada manusia agar tidak lagi menginjak-injak harkat martabat kemanusiaannya.

Ketiga, Islam adalah Agama Damai. islam ingin mengkomunikasikan secara simbolik bahwa Tuhannya Ibrahim bukanlah Tuhan yang haus darah dan suka berperang. Dia adalah Tuhan yang ingin menyelamatkan dan membebaskan manusia dari tradisi yang tidak menghargai manusia dan kemanusiaan Dia adalah Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia dari tradisi yang sering menumpahkan darah kepada tradisi yang penuh dengan rahmat dan anugerah.

Keempat, Kesalehan Sosial. Dalam qurban, seperti juga zakat, haji, puasa dan shadaqah, terkandung di dalamnya nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Islam adalah agama yang tidak dapat dipisahkan dari dimensi sosialnya. 

Dalam konteks ini, ibadah Sunnah qurban tidak boleh hanya dipahami sebagai upaya untuk mencapai kemaslahatan ukhrowi belaka, tapi lebih dari itu bertujuan untuk terciptanya kemaslahatan dan kebaikan duniawi Setiap pensyariatan dalam Islam, terkandung tujuan syariat yaitu tercapainya kemaslahatan dan kebaikan bagi umat manusia di dunia dan akhirat. Maka akan muncul dari penyembelihan Sunnah ibadah Qurban akan mewujudkan kesalehan social bagi pelakunya dan meningkatkan derajat Ketaqwaan.

Kelima, Keadilan Sosial. Kalau kita asumsikan ibadah qurban dengan fenomena sosial di negara Indonesia, sesungguhnya persoalan paling mendasar yang sedang kita hadapi adalah persoalan kemiskinan dan ketidakadilan. Kita melihat, kemiskinan lebih banyak dirasakan orang, sementara kekayaan hanya dicicipi segelintir orang. 

Karena itu, persoalan utama yang harus kita perjuangkan adalah bagaimana kita bisa menegakkan keadilan dalam struktur sosial. Kalau persoalan itu yang kita hadapi, maka relavansi Ibadah Sunnah Idul Qurban saat ini adalah mewujudkan keadilan sosial diantara manusia, memberantas kemiskinan, sehingga kekayaan tidak menumpuk pada sekelompok orang saja. Inilah komunikasi Simbolik ajaran islam dalam tataran keadilan sosial

Proses kelima unsur diatas merupakan bagian dari ajaran nilai-nilai universal Pancasila yang dimiliki oleh bangsa Ini sejak puluhan tahun yang silam. Ajaran itu bagian juga dari proses sejarah yang telah dilalui oleh bangsa Indonesia sejak lama. Nilai-nilai sejarah perjuangan Nabi Ibrahim dengan nilai-nilai filosofi universal Pancasila harusnya menjadi hal yang dapat dijadika sebagai unsur pemahaman bagi masyarakat Indonesia yang tengah membangun peradaban adi luhung dari setiap sisi kehidupan.

Dalam setiap perjalanan kehidupan kita sejarah sejatinya menjadi suatu yang harus menjadi pelajaran hidup. Bukan sejarah dijadikan sebagai unsur sebelah mata dalam memahami persoalan hidup. Sejarah harus dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup bagi kita umat manusia dan masyarakat Indonesia

Sejatinya dalam Al Quran banyak kisah sejarah yang dapat kita jadikan pembelajaran hidup untuk lebih baik. Akan tetapi kisah sejarah dalam Al Quran kadang kita abai dan lalai dalam menyelami makna hidup. Kita kadang hanya sepanggal dalam memahami sehingga tak tuntas dalam menyelami setiap kandungan dalam Al Quran.

Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan demikian, pendidikan nasional memiliki tujuan yang sangat luas tidak saja terkait dengan kecakapan akademik, melainkan pula kecakapan-kecakapan lain seperti religius, kepribadian, dan sosial. 

Dalam konsepsi pembelajaran sejarah, tujuan-tujuan itu lebih terwujud secara spesifik seperti kesadaran sejarah, nasionalisme, patriotisme, wawasan humaniora, di samping kecakapan akademik, yang sampai sekarang belum disosialisasikan secara intensif sehingga substansi utama dari kurikulum tersebut kurang mencapai sasaran. Untuk mewujudkan itu semua adalah mutlak diperlukan usaha peningkatan kualitas pendidikan nasional secara terus-menerus.

Dalam keputusan kepala badan Assesman dan Kurikulum KemendikbudRistek NOMOR 032/H/KR/2024 Tujuan mata pelajaran Sejarah antara lain

1. menumbuhkembangkan kesadaran sejarah;

2. menumbuhkembangkan pemahaman tentang dimensi manusia (menggali pemikiran, motif, dan tindakan), dimensi ruang (menghubungkan antara peristiwa nasional, lokal, dan global) dan dimensi waktu (masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang) dengan melihat pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, atau keberulangan;

3. menumbuhkembangkan pemahaman tentang diri sendiri dan pemahaman kolektif sebagai bangsa Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif, serta memiliki nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme;

4. melatih kecakapan berpikir sejarah; diakronis (kronologis), sinkronis, kausalitas, imajinatif, kritis, kreatif, reflektif, dan kontekstual dalam mengambil keputusan masa kini dan masa depan berdasarkan fakta sejarah;

5. melatih keterampilan inkuiri melalui tahapan penelitian sejarah (heuristik, kritik, interpretasi/penafsiran, dan penulisan sejarah (historiografi) dalam proses belajar; dan

6. memiliki kemampuan literasi sejarah dalam mengkritisi dan menyajikan informasi sejarah secara lisan, tulisan, dan/atau media lain, dan dalam bentuk digital atau nondigital.

Proses pembelajaran sejarah ketika kita memahami secara lebih lanjut terkait dengan pelakasnaan Ibadah Idull Adha menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dijadikan dasar dan patokan dalam memahami persoalan kehidupan. Sejarah dapat menuntun kita dalam memahami hakikat kehidupan masa lalu untuk dijadikan pegangan saat ini dan berguna pada masa yang akan datang.

Pada akhirnya, makna filosofi Sunnah Qurban ada dua hal yang penting terkandung di dalam ibadah qurban. Pertama, semangat ketauhidan atau keesaan Tuhan yang tidak lagi membeda-bedakan manusia yang satu dengan lainnya. 

Di sini juga terkandung pesan pembebasan manusia dari penghambaan kepada selain Allah, seperti para dewa dan roh jahat. Kedua, qurban juga dapat diletakkan dalam kerangka penegakan nilai-nilai kemanusiaan, seperti menyantuni fakir-miskin, saling membantu tanpa dilatarbelakangi kepentingan-kepentingan di luar pesan ketuhanan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun