Di dalam kehidupan sosiodrama manusia proses perjalanan dalam rangka mencari asa dan cita. Proses kehidupan perjalanan manusia dalam membangun citra diri dan karakter penuh dengan cerita dan drama. Karena dalam diri manusia memiliki segumpal darah yang menuturutkan nafsu dan ego dirinmya
Ketika seseorang sudah itu dikuasai oleh keinginan yang melebihi batas, mata dan hatinya maka menjadi buta, akal sehatnya pun takkan berfungsi dengan baik. Manusia pun akan menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi keinginannya tersebut. Dalam kitab Al Maqashid Al Hasanah karangan Al Sakhawi, terdapat sebuah hadis yang mashur tentang cinta. Cintamu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli." (HR Abu Dawud & Ahmad).
Manusia ketika hati tengah dirasuki keinginan yang menggebu cenderung melakukan tindakan yang tidak dibenarkan agama sampai merusak nilai norma yang dibangun. Bahkan, sebagian besar tindak kriminal dan kezaliman, baik yang kasar maupun halus atau yang tampak maupun tersembunyi, berawal dari keinginan yang tidak terkendali dari sebagian manusia yang tak pernah puas dengan kehidupan duniawi. Karena melupakan kehidupan akhirat kelak
Seorang pelajar yang sering mencontek pekerjaan teman, dating terlambat ke sekolah. Sering tawuran dan nongkrong yang tidak jelas keberadaannya. Bermain games online dan bermain social media yang menturutkan hawa nafsunya.
Seorang pejabat rela memakan uang rakyat, karena ia tidak bisa menahan keinginannya untuk semakin kaya. Seorang suami yang awalnya sangat alim, rela menjadi koruptor karena terlalu banyaknya keinginan sang istri. Sepasang muda mudi rela berzina, karena syahwat yang tak terkendali. Begitu pula, seorang penguasa berani menghalalkan segala cara agar posisinya tidak tergoyahkan. Keinginan yang sangat, sifat ambisius, dan kerakusan dapat pula melahirkan persaingan tidak sehat.
Memperturutkan keinginan sama artinya dengan meminum air laut, semakin di minum semakin haus dan semakin ingin minum lagi. Apa sebabnya? Karena keinginan manusia itu tidak ada batasnya. Keberhasilan memenuhi apa yang diinginkan tersebut biasanya akan melahirkan keinginan-keinginan baru. Misal, kita menginginkan menjadi seorang pejabat, dan dengan izin Allah keinginan itu terpenuhi. Tapi setelah kita menduduki jabatan tersebut, akan timbul keinginan baru: memiliki gaya hidup sebagai seorang pejabat tinggi, ingin dihormati, tidak mau diturunkan, dan kalau perlu mendapatkan jabatan yang lebih tinggi lagi.
Sabdakan Rasulullah SAW bahwa manusia itu kalau diberi sebuah gunung emas, ia akan mencari gunung emas yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Ia baru puas tatkala mulutnya sudah diisi dengan tanah (meninggal). Sementara itu, dalam kitab Sunannya, Imam Abu Dawud mengisahkan sebuah kisah. Tatkala terjadi banjir besar, Nabi Nuh AS diperintahkan Allah SWT untuk menaiki kapal yang telah dibuatnya.
Selain orang-orang yang beriman, Nuh pun menaikkan berbagai jenis hewan yang berpasang-pasangan. Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki tua yang tidak dikenalnya di dalam kapal. Nuh pun bertanya pada lelaki tersebut, ''Untuk apa kamu masuk ke kapal ini?' Orang itu menjawab, ''Aku berada di sini untuk mempengaruhi sahabat-sahabatmu supaya hati mereka bersamaku, sementara tubuh mereka bersamamu.'' Ternyata, orang tua itu adalah iblis yang menyamar. Mendengar pengakuan itu Nabi Nuh berkata, ''Keluarlah kamu dari sini wahai musuh Allah! Kamu terkutuk!'' Kemudian si Iblis berkata pada Nuh, ''Ada lima hal yang dengan kelimanya aku akan membinasakan manusia. Akan kuberitahukan yang tiga dan kusembunyikan yang dua.'' Saat itu Allah SWT mewahyukan kepada Nuh agar meminta yang dua daripada yang tiga. Maka Nuh bertanya kembali, ''Apa yang dua itu, hai Iblis?'' Makhluk terkutuk itu pun menjawab, ''Dua hal yang membinasakan manusia adalah keinginan yang sangat, ambisi, kerakusan (al-hirst) dan kedengkian (al-hasad). Karena kedengkian inilah, aku dilaknat dan dikutuk Allah. Karena keinginan yang sangat itu pula, Adam dan Hawwa tergoda untuk menuruti keinginannya.''
Kita tidak layak menolak kebenaran sedikit pun walau yang mengungkapkan kebenaran tersebut adalah seorang durhaka. Semua tahu bahwa Iblis beserta keturunannya adalah pendusta, tapi dalam kasus ini kita 'wajib' mempercayai ucapannya. Bukankah Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa seorang Muslim itu lebih berhak mendapatkan hikmah, dan bila ia menemukannya, maka ia pun lebih berhak memilikinya.
Dalam kisah tersebut, iblis kecolongan dengan memberitahu salah satu rahasianya dalam menggelincirkan manusia, yaitu dengan keinginan yang teramat sangat (di sini termasuk pula sikap ambisius) dan kedengkian. Keduanya adalah senjata ampuh yang kerap kali digunakan iblis dan keturunannya untuk menghancurkan manusia, baik yang menyangkut kehormatan diri maupun hubungan yang terjalin di antara manusia. Kedua penyakit ini ternyata tidak dapat dipisahkan. Lahirnya kedengkian seringkali diawali karena keinginan yang sangat akan sesuatu.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin mengungkapkan bahwa keinginan yang sangat bisa melahirkan dengki dan penyakit-penyakit jiwa lainnya. Tak heran bila Al-Ghazali menyebut al-hirst sebagai "pintu syetan" yang akan memudahkan syetan memasukkan penyakit-penyakit lain pada diri manusia.