Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Well Being (Kebahagian) Shaum Ramadan

12 Maret 2024   23:44 Diperbarui: 13 Maret 2024   01:05 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam surat almukminun ayat 1 sampai 11 dijelaskan arti kebahagian bagi kaum muslimin."Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin, (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, orang-orang yang meninggalkan (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki.506) Sesungguhnya mereka tidak tercela (karena menggaulinya)., Maka, siapa yang mencari (pelampiasan syahwat) selain itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, (Sungguh beruntung pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka, serta orang-orang yang memelihara salat mereka., Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (Yaitu) orang-orang yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Surat Al Mu'minun Ayat 1-11)

Mari momentum ramadhan menjadikan diri kita menjadi orang paling bahagia, yaitu orang yang mempunyai hati alim, berperilaku sabar, dan bersikap puas. Semua itu butuh proses dalam pembelajaran sosial emosional dalam momen kegiatan shaum Ramadhan ketika orang yang memiliki atau mempunyai hati alim dia akan pasti dalam menjalani proses ibadahnya karena Allah bukan karena sesuatu yang diharapkan di dunia. Sandarannya adalah ibadah kepada allah dengan mengharapkan pahala dan keberkahan. Kedua sabar semua momen yang dilakukan ketika di bulan Ramadhan harus dijalankan dengan rasa sabar dalam menanti ketika berbuka dan sabar dalam setiap momen kegiatan yang dijalankan selama Ramadhan. Ketiga bersikap puas dengan apa yang sudah diraih dan pasrah serta tawaqal kepada Allah agar hasilnya memberikan manfaat untuk diri dan kehidupannya. Hal ini menurut Imam Al-Ghazali membagi kebahagiaan manusia menjadi dua tingkatan yaitu, lazaat (kepuasan) dan sa'adah (kebahagiaan). Lazaat (kepuasan) lebih pada aspek indrawi dan sesaat (material) sedangkan sa'adah bertumpu pada aspek batini (rasa dan langgeng) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun