Video di atas terkait proses pembelajaran sejarah yang dilakukan peserta didik banyak hal yang dapat kita petik dalam membangun gagasan narasi dalam pembuatan video diatas. Proses keberanian dalam mengemukakan ide perlu diapresiasi namaun setting latar yang perlu dibenahi dalam membangun latar drama yang menjadi bagian proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan rangkaian dalam mendapatkan suatu narasi ilmu pengetahuan yang terbangun dalam proses interaksi di dalam suatu ruangan kelas ataupu dan dalam suatu tempat. Proses pembelajaran merupakan suatu skenario dimana peserta didik dapat memahami suatu materi pelajaran dengan berbagai macam ragam metode dan model pembalajaran dalam satu skenario pembelajaran.
Sangat penting dalam membangun narasi gagasan dalam proses pembelajaran jika dibangun suatu narasi yang akan ditampilkan dalam satu skenario pembelajaran yang dapat mendukung peserta didik dapat memahami alur pembelajaran. Sangat penting jika proses pembalajaran diharapkan membangun kesadaran diri dan karakter diri agar nantinya dapat berguna pada masa yang akan datang.
Undang--Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang berbunyi: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar.Kompetensi tersebut yaitu berpikir kritis (criticial thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (confidence).
Tujuan pembelajaran sejarah dalam Kurikulum Merdeka adalah menciptakan dan mengembangkan kesadaran sejarah, pemahaman mengenai diri sendiri dan kolektif sebagai bangsa. Menumbuhkan perasaan bangga, nasionalisme, patriotisme dan nilai-nilai moral serta gotong royong. Mengembangkan pengetahuan mengenai dimensi manusia, ruang, dan waktu.
Melatih kecakapan berpikir diakronis, sinkronis, kausalitas, kreatif, kritis reflektif dan kontekstual. Melatih keterampilan untuk mencari sumber, kritik, seleksi, analisis dan sintesis sumber, serta penulisan sejarah. Melatih keterampilan mengolah informasi sejarah secara digital dan non digital (Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, 2022: 235-237).
Dalam membangun proses pembelajaran salah satunya bermain peran sehingga memberikan penguatan kepada peserta didik terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukannya.
Menurut Uno (2007), ada tujuh langkah pelaksanaan model pembelajaran role playing, diantaranya yaitu: 1) Menghangatkan suasana dan memotivasi siswa. Pada tahap ini untuk memotivasi siswa agar tertarik pada masalah; 2) Memilih peran. Pada tahap ini guru dan siswa mendiskripsikan berbagai watak atau karakter yang ada, kemudian siswa diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran; 3) Menyusun tahap peran.
Pada tahap ini para pemeran menyusun garis besar adegan yang akan dimainkan; 4) Menyiapkan pengamat. Sebaiknya pengamat terlibat dalam cerita sehingga siswa turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya; 5) Pemeran. Pada tahap ini siswa mulai beraksi secara spontan sesuai dengan peran masing-masing; 6) Diskusi dan evaluasi. Setelah melakukan peran, analisis bermain peran tersebut. Diskusi dapat dimulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para siswa akan terpancing untuk diskusi; 7) Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. (sumber Silahkan di klik)
Menerapkan metode Role Playing dalam pembelajaran perlu diperhatikan langkahlangkahnya. Tujuannya agar memudahkan guru dan peserta didik dalam praktik menggunakan metode Role Playing. Roestiyah (2008:91) menyatakan langkah-langkah penerapan metode Role Playing yaitu:
1. Guru harus menerangkan kepada peserta didik untuk memperkenalkan teknik ini, peserta didik diharapkan mampu memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual di masyarakat, kemudian guru menunjuk beberapa peserta didik yang akan berperan, masingmasing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan peranya dan peserta didik yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.
2. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat peserta didik. Guru menjelaskan dengan menarik, sehingga peserta didik dapat terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
3. Agar peserta didik memahami peristiwanya, maka guru harus dapat menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama.
4. Bila ada kesediaan sukarela dari peserta didik untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah peserta didik tersebut tepat melakukan peran tersebut.
5. Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas perannya, menguasai dalam bermimik maupun berdialog.
6. Peserta didik yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat, mereka harus bisa memberi saran dan kritik setelah pemeranan selesai.
7. Apabila peserta didik belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam dialog.
8. Setelah pemeranan tersebut dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan sebagainya. Pemeranan dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.
9. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walau mungkin masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab, diskusi atau membuat keterangan yang berbentuk sandiwara. (sumber Silahkan di klik)
Pembelajaran sejarah dengan bermain peran diharapkan peserta didik dapat menghayati suatu proses skenario konseo narasi yang dibangun dalam berbentuk naskah drama. Proses Kompetensi tersebut yaitu berpikir kritis (criticial thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (confidence) dapat terpenuhi walaupun masih dalam taraf sederhana.
Proses pembelajaran sejarah dengan berbagai macam metode, model pembelajaran diharapakn dapat membangun suatu proses pembentukan karakter dan pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme. Sehingga secara holistik pembelajaran sejarah dapat memberikan narasi berfikir kekinian dakam proses pembelajarannya.
Dalam bermain peran ini peserta didik sebenarnya membuka wawasan ketika dia memerankan salah seorang tokoh. Tentunya dapat memhami secara langsung terkait tokoh yang diberikannya. Peserta didik dapat belajar bermain peran dalam proses pembelajaran kehidupan kelak. Kemudian dapat membangun motivasi belajar untuk selalu dapat inovatif dan kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H