Spektrum pendidikan di Indonesia masih bergerak perlahan dalam mengarungi samudra kehidupan dan dinamika persaingan global. Walaupun pada saat ini tengah berlaku kurikulum merdeka yang dipakai semua tingkatan sekolah dari SD hingga Tingkat menengah atas begitupun juga dunia perguruan tinggi dikenal dengan istilah kampus merdeka.
Kurikulum merdeka yang tengah diterapkan di Indonesia belumlah semua sekolah dan guru memahami konstruksi dasar kurikulum merdeka. Terlihat masih banyak perdebatan diantara guru, para pakar pendidikan serta komunitas pendidikan dalam memahami persoalan merdeka belajar.
Pada sisi yang lain persoalan bullying dan perundungan serta kekerasan kerap mewarnai media online maupun media sosial. Belum lagi persoalan tawuran pelajar, narkotika, dan pelecehan seksual kerap menghantui permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh para generasi bangsa terutama pada peserta didik.
Kemudian masalah ekonomi yang terjadi pada keluarga masyarakat Indonesia juga menyebabkan terhambatnya pendidikan pada anak didik. Karena masih banyaknya anak-anak yang putus sekolah di Indonesia terkait tidak memiliki biaya untuk sekolah dan kuliah. Maka banyak sekali kita lihat mereka bekerja serabutan hanya sekedar untuk membantu pekerjaan orangtua. Sehingga terjadi putus sekolah karena membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ada Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Indonesia Pintar yang diberinkan oleh pemerintah belumlah digunakan secara maksimal untuk kebutuhan belajar peserta didik. Malah yang terjadi ada penyimpangan dalam penggunaan KJP yang dilakukan oleh oknum masyarakat untuk menambah kebutuhan dapur sehari-hari. Kemudian anak-anak yang mendapatkan Kartu Jakarta Pintar pun bukan untuk belajar secara maksimal malah pola belajarnya lebih bagus dari anak yang tidak mendapatkan KJP. Ada dari siswa yang mendapatkan KJP terlibat tawuran ataupun hal-hal yang sifatnya negatif.
Kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak harus dioptimalkan walaupun ditengah himpitan kebutuhan ekonomi . Proses penyadaran orangtua dalam membantu belajar anak dibutuhkan dorongan peran dari sekolah.
Sekolah pun juga harus membuka diri dalam membangun komunikasi dengan terkait prestasi belajar peserta didik. Orangtua bukan dipanggil pada saat menerima hasil belajar ataupun ketika ada masalah menyangkut persoalan belajar akan tetapi orangtua dapat berkomunikasi setiap waktu untuk datang ke sekolah.
Sekolah pun dapat memberikan konseling kepada orangtua terkait dengan keberlanjutan masa depan dan cita-cita putra-putrinya. Sehingga orangtua dapat memiliki sedikit pengetahuan yang dibutuhkan untuk perkembangan belajar putra-putrinya. Nantinya akan mendorong komunikasi antara orangtua dengan anak dirumah demi keberhasilan pendidikan yang akan dicapainya.
Pendidikan merupakan proses tranformasi rasa memerdekakan dalam membangun proses menuntun murid dalam mengembangkan potensi-potensi dirinya. Hal ini dilandasi dari kebebasan merupakan mengeksplorasi potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya tersebut, bebas dari tekanan dan paksaan.
Namun demikian, pendidikan yang memerdekakan harus dilandasi dari prinsip among, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah.
Membangun proses kepedulian orangtua memang tidaklah ringan apalagi ketika anaknya sudah memasuki tahap SMP dan SMA butuh perhatian bagi perkembangan psikologidan karakter anak. Tantangan terbesar ya ketika memasuki SMP dan SMA karena terkait dengan persoalan pergaulan dan pertemanan sesama teman.
Peran orang tua sangat diperlukan dalam pelaksanaan kurikulum terutama kurikulum merdeka yang lebih menitik beratkan dan berfokus pada pengembangan Pengetahuan, ketrampilan dan sikap atau karakter melalaui pengutan profil pelajar Pancasila.
Proses penanam nilai Profil pelajara Pancasila anak akan lebih banyak dilakukan di rumah karena dirumah anak lebih banyak menghabiskan waktunya.
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang, dan menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Di dalam keluarga ada peran orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya yang lebih bersifat pendidikan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan sosial, seperti tolong-menolong, bersama-sama saling menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan sejenisnya selain membimbing dan mengawasi anak dalam belajar. Kebiasaan baik dapat ditumbuhkembangkan didalam rumah masing-masing.
Beberapa contoh kebiasaan yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga antara lain:10
- Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
- Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
- Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas– tugas rumah
- Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
- Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
- Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
- Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
- Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
- Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
- Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
- Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
- Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin sumber Silahkan di klik
Contoh-contoh itu kalau dilihat hanya beberapa orang anak saja yang dapat menerapkan kebiasaan baik itu terutama kebiasaan yang berlanjut dibiasakan di sekolah. Tidak semua kebiasaan dari rumah itu dapat ditranformasikan di kehidupan sekolah dari pagi hingga siang hari. Terkadang kebiasaan baik di atas masih di dorong secara masif dilingkungan sekolah sehingga kebiasaan itu akan terbiasa dilakukan dan ajeg menjadi sebuah hal pembiasaan yang tak perlu dipaksakan nantinya.
Tujuan pendidikan keluarga dalam perspektif pendidikan Islam ialah pertama, menanamkan keimanan dan ketaatan kepada Allah, melalui pendidikan Islam anak dilatih untuk selalu dekat dan merasa dipantau oleh Allah atas kesadaran individu.
Kedua, untuk membentuk karakter dan akhlak yang mulia, melalui penerapan nilai-nilai pendidikan Islam atau keyakinan sebagaimana yang tercantum dalam QS. Luqman ayat 12-19, yaitu agar selalu anak menjadi manusia yang bersyukur kepada Allah, apalagi mempersekutukan Allah, anak berbakti kepada kepada kedua orang tua, melakukan kewajiban shalat, memiliki sikap sederhana, tidak sombong dalam berjalan, dan memelankan suaranya.
Ketiga secara jasmani pendidikan anak dalam keluarga ialah mencetak anak agar memiliki potensi secara individu, sosial, dan professional, kita perlu takut dan khawatir jika keturuan keluarga dalam kondisi yang lemah pada segala aspek, oleh karena sejak dini harus menyiapkan keluarga yang kuat. sesuai dengan firman Allah QS. An-Nisa’ ayat 9.
Allag berfirman : "Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya)."QS. An-Nisa’ ayat 9.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya di sekolah akan terlaksana dengan baik, bila telah tercipta komunikasi yang efektif antara sekolah dan orang tua siswa. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Mendikbud dalam sebuah seminar “Pentingnya Membangun Komunikasi Efektif Orangtua-Sekolah”, bahwa komunikasi antara orang tua dan sekolah akan lebih efektif bila tercipata komunikasi dua arah.
Mereka juga dapat bekerja sama dalam mengubah perilaku dan kebiasaan siswa menuju yang lebih baik lagi. Peluang untuk komunikasi dua arah dapat terjadi melalui (1) Pertemuan orangtua dengan walikelas; (2) Pembentukan organisasi orangtua dan walikelas; (3) ada lembar kerja siswa mingguan atau bulanan dibawa pulang untuk diperhatikan langsung oleh orang tua; (4) Komunikasi via telepon, website atau email dan (5) home visit, (Kunjungan) ke rumah siswa. sumber Silahkan di klik
Pentingnya membangun komunikasi sesuatu yang sangat penting dalam membantu prestasi dan kemajuan anak didik. Komunikasi orangtua dengan sekolah tak boleh terputus selama anaknya bersekolah. Menjadi sekolah sebagai bagian tempat belajar dan menggali ilmu pengetahuan bukan sebagai tempat penitipan anak.Faktor utama yang mendukung keberhasilan program tersebut ialah adanya keterlibatan keluarga dalam lingkup pendidikan anak.
Oleh karena itu, terwujudlah pendidikan keluarga yang berupaya untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan belajar, memperbaiki perilaku dan kebiasaan buruk, serta memberikan penguatan pada ranah intelektual dan spiritual. Pendidikan keluarga merupakan sarana komunikasi antara wali kelas di sekolah dan wali siswa di rumah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H