Saat ketika mendaki gunung mungkin kita dapat merasakan suatu proses kehidupan masa pra aksara yang memang kehidupannya ada di alam hutan semak belukar. Dalam mendaki gunung pun kita dapat juga menemukan beberapa batuan yang dapat kita gunakan untuk menghasilkan api. Air yang masih jernih dapat kita rasakan dan kita konsumsi dalam proses pendakian. Kemudian ranting pepohonan dapat kita gunakan sebagai alat membuat perapian.
Menurut R.P. Soejono kata perundagian berasal dari bahasa Bali yaitu “undagi” yang artinya seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampah dan batu. Maka zaman perundagian dalam hal ini dapat diartikan sebagai zaman pada saat manusia sudah mulai mempunyai keahlian tentang teknik pembuatan atau pengecoran bahan-bahan dari logam. Ada beberapa teknologi untuk membuat barang- barang dari logam,yaitu teknik tempa, teknik a cire perdue(cetak lilin/cetak hilang), dan teknik bivalve (setangkup/cetak ulang). Cetak acire perdue bersifat sekali pakai sedangkan cetak bivalve dapatdigunakan berulang ulang.Teknik tempa digunakan lebih banyak untuk menempa logam besi karena teksturnya yang keras dan tahan api. Teknik tempa ini merupakan teknik sederhana yang digunakan manusia pra aksara pada zaman logam.sumber Silahkan di klik
Peradaban manusia pra aksara merupakan proses awal dari lahirnya peradaban masa kini yang memilki dinamika dan persolan kehidupan yang semakin kompleks. Hampir semua produk yang digunakan ada beberapa bagian merupakan peninggalan masa pra aksara yang kemudian berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Alat seperti pisau, golok, pedang, keris merupakan perkembangan dari kapak genggam yang masih kasar berbentuk batu, kemudian ketika manusia mengenal logam dan besi maka mereka mampu membuat pedang, pisau yang sederhana hingga saat ini dengan bentuk yang sudah dimodifikasi.
Ketika perkembangan peradaban yang melekat dalam kehidupan manusia pada lalunya yang kemudian menghasilkan suatu budaya yang merupakan produk dari hasil karsa, karya manusia. Kebudayaan sebagai hasil cipta karya manusia tentu mempunyai bentuk keseluruhan dan unsur-unsur. Unsur-unsur atau bagian-bagian kebudayaan menurut Linton, terbagi atas:
Pertama Culture Universal misalnya mata pencarian, kesenian, agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan dan sebagainya.
Kedua. Cultural Activitis (kegiatan-kegiatan kebudayaan) misalnya di dalam mata pencaharian terdapat pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan sebagainya. Di dalam kesenian terdapat unsur seni, sastra, lukis, tari, musik, drama, film dan sebagainya.
Ketiga. Traits Complexes, adalah bagian-bagian dari cultural activitis, misalnya di dalam pertanian terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya.
Keempat Traits, adalah bagian-bagian dari traits complexes. Misalnya di dalam sistem pengolahan tanah, terdapat bajak, cangkul, sabit dan lain sebagainya.
Kelima Items, adalah bagian-bagian di dalam traits. Misalnya di dalam bajak masih terdapat bagian-bagiannya, yakni mata bajak, tangkai bajak, pasangan, kendali dan sebagainya. sumber Silahkan di klik
Unsur kebudayaan menurut Linton diatas dapat dijadikan sebagai patokan dimana kita akan memahami perkembangan kebudayaan manusia. Kehidupan manusia pra aksara yang dilalui dari masa berburu meramu, bercocok tanam hingga mengenal kepercayaan merupakan konstruksi perkembangan kehidupan manusia kala itu. Dengan perkembangan teknologi dan alat kehidupan yang digunakannya ternyata mereka telah mampu membangun peradaban yang dijadikan sebagai alat ukur dalam pola kehidupan saat ini. Manusia berkembang dari homo menjadi human karena kebudayaan dan peradaban yang diciptakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H