Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pergerakan Nasional dan Ide Kebangsaan Generasi Z

19 September 2023   22:36 Diperbarui: 19 September 2023   22:50 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses pergerakan nasional hari ini lebih banyak menimbulkan nuansa sensitifitas dan konflik yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat pemandangan dalam beberapa tahun terakhir terutama dalam media sosial terjadi pola gesekan sosial yang mengarah disintegrasi bangsa. Kemudian masalah-masalah sosial menghinggapi para generasi Z pada saat ini terutama masalah gawai  terutama dalan konten yang mengarah kepada hal negatif.

Artikel Bruce Tulgan dan RainmakerThinking, Inc. berjudul “Meet Generation Z: The Second Generation within The Giant Millenial Cohort” yang didasarkan pada penelitian longitudinal sepanjang 2003 sampai dengan 2013, menemukan lima karakteristik utama Gen Z yang membedakannya dengan generasi sebelumnya. Pertama, media sosial adalah gambaran tentang masa depan generasi ini yang tidak pernah mengenal dunia yang benar terasing dari keberadaan orang lain. Media sosial menegasikan bahwa seseorang tidak dapat berbicara dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Media sosial menjadi jembatan atas keterasingan, karena semua orang dapat terhubung, berkomunikasi, dan berinteraksi.  kedua, bahwa keterhubungan Gen Z dengan orang lain adalah hal yang terpenting. Ketiga, kesenjangan keterampilan dimungkinkan terjadi dalam generasi ini. Ini yang menyebabkan upaya mentransfer keterampilan dari generasi sebelumnya seperti komunikasi interpersonal, budaya kerja, keterampilan teknis dan bepikir kritis harus intensif dilakukan. Keempat, kemudahan Gen Z menjelajah dan terkoneksi dengan banyak orang di berbagai tempat secara virtual melalui koneksi internet, menyebabkan pengalaman mereka menjelajah secara geografis, menjadi terbatas. Meskipun begitu, kemudahan mereka terhubung dengan banyak orang dari beragam belahan dunia menyebabkan Gen Z memiliki pola pikir global (global mindset). Kelima, keterbukaan generasi ini dalam menerima berbagai pandangan dan pola pikir, menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal. Namun, dampaknya kemudian, Gen Z menjadi sulit mendefinisikan dirinya sendiri. Identitas diri yang terbentuk sering kali berubah berdasarkan pada berbagai hal yang mempengaruhi mereka berpikir dan bersikap terhadap sesuatu.

Gagasan kebangsaan yang universalitas dapat mudah diterima oleh generasi Z pada hari ini. Proses pembinaan dan pembelajaran pun juga berbeda pada generasi Z yang mana lebih banyak menggunakan pola pikir global dan keterbukaan. Proses belajar harus bersifat mandiri, demokratis, dan membuka ranah yang luas bagi penciptaan dan penemuan hal-hal baru dalam pembelajaran. Guru perlu menciptakan iklim belajar yang mampu membangun self regulation pada diri siswa. Kesadaran diri yang terkadang dalam generasi Z terasa merasa kurang terutama dalam literasi dan karakter. Ketidakpedulian masa nampak dalam dan menonjol dalam generasi Z dan adab untuk menghormati orang lain masih kurang.

Adab ketika masuk ruangan langsung masuk dan duduk dibangkunya padahal dimana ruangan itu ada yang lebih tua seperti guru dan kakak kelas atau dengan teman seruangan. Adab menghormati orang yang lebih tua telah lentur pada generasi Z karena pengaruh konten media yang tak merangsang dia tumbuh rasa simpati dan empatinya secara positif. Gawai yang dimilikinya tak mampu membangun ide dan kreatifitasnya. Hal ini hanya  bangkit saja tak mau bergerak membangun asa dan kreatifitas dalam mengolah karakter pengembangan dirinya.

Oleh karena demikian, di era ini sekolah dituntut untuk lebih bekerja keras agar dapat berperan sebagai tempat pendidikan dan pembelajaran yang mampu membangun karakter (akhlak) Sekolah adalah (a) sebagai alat kontrol sosial, yaitu sekolah berperan untuk memperbaiki dan mengendalikan Kebiasaan buruk siswa akibat pergaulan, pengasuhan di keluarga yang keliru, maupun akibat dari penggunaan medsos; (b) sebagai pengubah sosial, di mana sekolah melakukan seleksi nilai-nilai (apa yang dianggap baik), kemudian mendidikkan nilai-nilai itu untuk menghasilkan warga Negara yang baik. Generasi Z lebih banyak mengharapkan contoh yang dilakukan gebarasi sebelumnya.

Proses pergerakan kebangsaan pada generasi Z dibutuhkan kesabaran dalam memberikan pemahaman mengenai masalah yang timbul dan terjadi dimasyarakat. Pola hidupnya pun berubah mengarah ke arah hedonisme pandangan yang menganggap bahwa kesenangan atau kenikmatan duniawi menjadi tujuan hidup. Mereka juga mengalami phubbing, suatu ketergangungan kepada smartphone di mana mereka rela menyakiti teman-teman di sekitarnya. Serta perubahan sikap dekadensi (kemerosotan moral) jiwa anak-anak makin keras, mereka makin berani kepada orangtua, kepada guru-guru, dst., Agama makin sulit mereka terima  masalah dalam kesehatan mental: makin banyak kasus gangguan jiwa dan anti-sosial, juga ketergangungan pada gatget menjadi fenomena gangguan jiwa mereka.

Generasi Z dalam kehidupannya terkait dengan dunia digital sehingga ruang-ruang privat dalam menumbuhkan kesadaran nasionalisme. Gawai atau HP mereka gunakan untuk dikembalikan secara perlahan ke fungsi semula sebagai bahan untuk komunikasi secara tak langsung. Kecakapan literasi digital perlu digalakkan dalam membangun ide dan gagasan dalam proses pembelajaran. Pergerakan nasional di masa generasi Z lebih mengarah dalam menggunakan gawai dan smartphone dengan mengisi konten yang positif. Proses pendampingan orang tua dan guru lebih diutamakan kepada generasi Z yang lebih pandai berselancar di dunia maya.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah berpesan pada para orangtua begini, “Wahai kaum Muslim, didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka akan hidup bukan di zamanmu.” Ucapan Sayyidina tersebut katanya berusmber dari sabda Rasulullah Muhammad Saw., "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup pada zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian" 

Generasi Z kadang kala selalui ingin kepo dalam berbagai macam hal. Sifat keinginan tahuan itulah upaya untuk membangkitkan kesadaran perubahan dalam gerak, giat tingkah lakunya.  Membangun perubahan dan paradigma dalam generasi Z dengan  pertama Kreatifitas dengan bersikap kritis dan analitis dengan menggunakan literasi sebagai pondasi menbangun ide perubahan. Kedua empati untuk segera bergerak dalam melihat permasalahan yang dihadapinya dan membangun hubungan yang kuat dengan orang-orang sekitarnya dengan membangun kepercayaan.  Ketiga Percaya diri memiliki kegigihan untuk mencapai target. Keempat obyektif dalam memahami persoalan dengan mengedepankan semangat kebangsaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun