Banyak hal konflik berawal dari rasa pribadi dan kelompoknya pada akhirnya melibatkan orang banyak. Ketidaksukaan antar pribadi dalam sebuah kelompok organisasi akan menggelinding menjadi berita sensional. Bahkan dalam tubuh pemerintahan dan kekuasaan pun juga mengalami hal yang sama. Ketidakcermatan kita menggunakan diksi dalam membaca berita atau menulis narasi memberikan ruang lompatan bagi orang lain untuk membuat berita palsu atau membully.
Membuka ruang dialog yang positif dalam ranah ruang publik terutama di dikampus yang menghasilkan akademisi handal dan intelektual berbobot. Ranah diskusi akan menjelma dan membuka ruang imajinasi bagi individu-individu yang terlibat di dalamnya. Hal itu juga merupakan salah satu bagian dari tujuan bernegara yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksankan amanat Ideologi Pancasila. Timbulnya perdebatan yang mengarah sentimen pribadi dalam ruang diskusi publik akan nampak jika tak menggunakan data akurat sehingga yang ada umpatan negatif.
Proses kebenaran bertolak pada keyakinan, pandangan pada pemahaman dasar literasi yang didapatkan. Literasi didapatkan dari hal paling kecil yang membaca dan membaca. Saat ini begitu rendahnya membaca buka tapi begitu tingginya kita membaca media sosial. Kembali ke kata baca atau dalam Islam kata "iqra". Bacalah dan bacalah dengan menyebut TuhanMU begitulah kalimat agung dari teks alquran pertama kali didengarkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril.
Tahun politik menjadi suatu catatan buat kita masyarakat Indonesia untuk mempertebal literasi digital dan literasi lainnya. Memperkaya bahan bacaan memperindah cakrawala berfikir yang berkemajuan dengan menggunakan berbagai ragam sumber bacaan. Jadikan gawai mu menjadi pisau analisa untuk membangkitkan jalan kebenaran yang sesuai dengan ajaran teks keagamaaan dan keilmuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H