Tentunya yang dapat melakukan kias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Al-Qur'an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. ttps://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/4?from=59&to=176
Sebagai muslim yang taat pada anjuran al quran dan sunnah menjadi rujukan kita dalam menentukan pilihan dalam proses pemilihan politik nantinya. Karena pada dasarnya kita sebagai muslim memiliki sandaran dalam memilih pemimpin yang nanti kita yakini tak akan berkhianat. Menyelesaikan berbagai macan urusan dengan bersandar kepada Allah dan Sunnah Rasullah. Bukan bersandar kepada urusan dunia semata tapi dibutuhkan urusan negeri akhirat kelak.
Masing-masing muslim memiliki pandangan lain dalam urusan memilih pemimpin, memiliki partai politik sebagai pilihannya tapi paling tidak sandaran sebagai muslim acuanya al quran dan as sunnah. Perlu banyak membaca dan mengkaji terkait urusan politik dan kekuasaan agar kita bodoh dan disesatkan oleh kekuasaan yang dijalani nantinya. Perlu bertabayun dalam memahami kerangka kekuasaan dan politik didekati dengan jalan kelembutan bukan dengan jalan keangkuhan.
Imam Muslim meriwayatkan pula dari Abdur Rahman ibnu Abdu Rabil Ka'bah yang menceritakan hadis berikut: ia masuk ke dalam masjid, dan tiba-tiba ia menjumpai Abdullah ibnu Amr ibnul As sedang duduk di bawah naungan Ka'bah dan di sekelilingnya terdapat banyak orang yang berkumpul mendengarkannya. Lalu aku (Abdur Rahman) datang kepada mereka dan bergabung duduk dengan mereka. Maka Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis berikut: Kami (para sahabat) pernah bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam suatu perjalanan, lalu kami turun istirahat di suatu tempat.
Maka di antara kami ada orang-orang yang mempersiapkan kemahnya, ada pula yang berlatih menggunakan senjatanya, dan di antara kami ada orang-orang yang sibuk mengurus unta-unta kendaraannya. Tiba-tiba juru seru Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyerukan, "Salat berjamaah!" Maka kami berkumpul kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan beliau Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku melainkan diwajibkan baginya memberi petunjuk kepada umatnya tentang kebaikan yang ia ketahui, dan memperingatkan kepada mereka tentang keburukan yang ia ketahui.
Dan sesungguhnya ketenteraman umat ini dijadikan pada permulaannya (generasi pertamanya), dan kelak malapetaka akan menimpa akhir dari umat ini, juga akan terjadi banyak perkara yang kalian ingkari. Fitnah-fitnah datang menimpa mereka secara beriringan. Suatu fitnah (cobaan) datang, lalu seorang mukmin berkata, "Inilah kebinasaanku," kemudian fitnah itu lenyap, tetapi disusul lagi oleh fitnah yang lain. Maka orang mukmin berkata, "Fitnah ini datang lagi menyusul fitnah lainnya." Maka barang siapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ketika maut datang menjemputnya ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Dan hendaklah ia memberikan kepada orang lain hal-hal yang ia suka bila diberikan kepada dirinya. Barang siapa yang berbaiat (berjanji setia) kepada seorang imam, lalu si imam memberikan kepadanya apa yang dijanjikannya dan apa yang didambakan hatinya, maka hendaklah ia taat kepadanya sebatas kemampuannya. Dan jika datang orang lain yang hendak menyainginya (merebutnya), maka penggallah leher orang lain itu.
Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah melanjutkan kisahnya, "Lalu aku mendekat kepadanya (Abdullah ibnu Amr ibnul As) dan kukatakan kepadanya, 'Aku meminta kepadamu, demi Allah, apakah engkau telah mendengar hadis ini langsung dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam?' Maka Ibnu Amr mengisyaratkan dengan kedua tangannya ditujukan ke arah kedua telinga dan hatinya seraya berkata, 'Aku telah mendengarnya dengan kedua telingaku ini, lalu dihafal baik-baik oleh hatiku'."
Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah berkata kepadanya, "Ini anak pamanmu (yaitu Mu'awiyah). Dia memerintahkan kepada kita memakan harta di antara kita dengan cara yang batil, dan sebagian dari kita membunuh sebagian yang lain, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan jalan yang balil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kalian.
Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian' (An-Nisa: 29)." Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah melanjutkan kisahnya, bahwa Ibnu Amr diam sesaat, tidak menjawab, kemudian berkata, "Taatilah dia bila memerintahkan taat kepada Allah, dan durhakailah dia bila memerintahkan durhaka kepada Allah."https://quranhadits.com/quran/4-an-nisa/an-nisa-ayat-59/
Dari hadist diterangkan bahwa ada beberapa kerangka dalam memilih pemimpin yang pertama untuk selalu sholat berjamaah atau dengan kata lain orang yang tidak meninggalkan sholat sehari semalam. Karena sholat dapat mencegah kemungkaran dari pribadi individu calon pemimpin dan dia akan selalu ingat terus kepada Allah dalam setiap keadaan. Kedua menghindari fitnah dan ucapan yang menyinggung perasaan oranglain. Artinya kita memiliki kewajiban menjaga lisan agar tidak terjerumus kepada hal-hal keburukan. Ketiga taat kepada pemimpin dan suka bermuyawarah.