Sikap Pancasila akan timbul dalam perayaan Idul Adha atau Idul Qurban yakni sikap welas asih kepada sesama. Spirit di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberikan dorongan" adalah refleksi pentingnya pedagogi yang dibangun atas dasar kasih sayang yang tulus. Itulah yang dimunculkan oleh sosok Nabi Ibrahim kepada putranya Nabi Ismail. Karena di dalamnya ada metode asah, asih, asuh yang saling terpatri diantara keduanya dalam menyelami sebagai Hamba Allah SWT.
Konsep pembelajaran yang bersendikan welas asih dengan dilandasi oleh semangat profesionalism, care and dedication based on love. Tiga aspek ini sangat universal dan membumi. Kata asah atau memahirkan yaitu memberi makna bahwa dialog pembelajaran yang dibangun guru beserta peserta didik patut dilandasi atas hal yang esensial, substantif dan perlu, guna mengusung aspek perolehan pengalaman belajar yang bermakna. Meaningful learning experience. Kata asih atau kasih sayang yaitu mengedepankan dialog pedagogis yang dibangun guru kepada peserta didik yang dilandasi atas dasar profesionalisme dan cinta kasih. Relasi empati dan simpati dalam dialog edukatif menjadi penciri pembelajaran yang welas asih. Profesionalisme dan kelemahlembutan pendidik dalam merawat peserta didik dengan segala keragamannya sangat dipertaruhkan. Profesional dalam menguasai keilmuan atau bidang masing masing tak cukup bagi seorang guru. Ia masih dituntut untuk mampu dan peduli dalam merawat peserta didiknya dengan sentuhan welas asih. Kasih sayang sepenuh hati dalam merawat peserta didik inilah sering disebut nurturing love. Kondisi ini lah yang tak boleh diabaikan. https://berita.upi.edu/pedagogi-welas-asih%EF%BF%BC/
Dari perayaan Idul Adha kita dapat mengambil pembelajaran untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila dari sila pertama hingga kelima dapat kita aktualisasikan dalam hubungan bernegara walaupun masyarakat Indonesia beranekaragam. Hikmah yang besar dalam perayaan Idul Adha selain pembelajaran welas asih ada juga semangat pengorbanan dan kasih sayang keduanya. Belajar dari sosok Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang tak menonjolkan egonya malah keduanya menimbulkan rasa kepasrahan yang begitu mendalam.
Tiap tahun kita merayakan Idul Adha maka pada setiap tahun pula semangat pengorbanan kita harus bertambah dan harus kita tingkatkan. Pentingnya literasi dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik, guru dan masyarakat sangat penting dalam proses pembelajaran sepanjang hayat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI