Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Membumikan Pesan Universal Idul Fitri

19 April 2023   22:12 Diperbarui: 19 April 2023   22:18 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat lagi umat Islam akan merayakan hari kemenangan yakni hari Raya Idul Fitri. Setelah 1 bulan penuh mereka berpuasa dan menjalankan seluruh kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi semua laranganNya. Karena bulan suci Ramadhan segala aktifitas kehidupan yang baik akan mendapatkan ganjalan pahala yang berlipat ganda.

Ramadhan yang telah dijalankan 1 bulan penuh merupakan suatu proses pembelajaran diri dari seorang manusia yang beriman dalam membangun pribadi yang Taqwa. 

Di dalam pendidikan madrasah Ramadhan setiap umat yang beriman memiliki kewajiban untuk melaksanakan shaum Ramadhan dengan hati yang gembira dan ikhlas guna meraih pahala. Di dalam Hadis Rasulullah Muhammad Saw bersabda: Artinya: "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni." (HR Muslim).

Ramadhan bukan saja menahan lapar, haus dan dahaga saja akan tetapi menahan seluruh panca indra kita untuk menundukkan hati dan pandangan yang dapat meningkatkan kesadaran diri sebagai umat yang beriman. 

Kesadaran yang terpatri dalam jiwa luhur terhadap apa yang dilakuan dan jeda kerutinan duniawi yang kerap membuat diri terlena dengan perintah Allah atau ingkar akan perintah Allah SWT. 

Proses beribadah yang kita lakukan lewat puasa dilengkapi dengan pernak-pernik kemuliaan sesungguhnya Allah SWT sedang mengajak seluruh makhlukNya melakukannya agar menggapai kebahagiaan hidup hakiki dunia maupun akhirat.

Dalam 1 bulan menjalani ibadah puasa memiliki pesan universal dalam membangaun kesadaran diri yang berkemajuan jika semua prosesnya dilakukan dengan penuh keyakinan dan harapan yang baik. 

Puasa yang dijalani dalam satu bulan hanya sebatas ritual saja tanpa ada bekas bagi pengembangan diri sungguh sangat disayangkan. Maka bisa dikatakan puasa kita yang dijalani tak tak melahirkan insan yang berkualitas. 

Dalam Nabi Muhammad Saw pernah mengingatkan, Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR Ibnu Majah).

Dr Muhammad Sa'ad Ibrahim, MA dalam salah satu artikelnya menjelaskan tentang Puasa.  karena Di dalam kehidupan manusia merupakan aspek sunnatullah telah digariskan bahwa manusia harus tinggal sementara di bumi ini, maka tak terhindarkan adanya hukum gravitasi bumi menarik tubuh fisik manusia sedemikian kuatnya, bahkan kemudian ruh yang ditiupkan ke dalam tubuh kasar manusia, tak kalah kuatnya ikutan tertarik ke dalam lumpur debunya giat kehidupan, sehingga ruh lupa akan asal usulnya sendiri yang habatat min al-mahall al-arfa yang memancar dari singgasana langit yang tertinggi, min qibalillah, min ruhih, dari sisi Allah, dari ruh-Nya. 

Puasa sebagai kewajiban bagi seluruh umat beriman, kalian dan sebelum kalian dimaksudkan agar ruh kalian, agar mental kalian melawan  gravitasi bumi dan beranjak sedikit demi sedikit mendekati langit, kemudian menerobosnya dalam konsentrasi meditasi khusyuk ketakwaan mengarahkan mata rohani ke Dzat Yang Maha Besar, ke Dzat Yang bumi dan langit tak berdaya dalam genggaman-Nya. (suaramuhammadiyah.id)

Proses pendidikan ketawaqwaan yang diajarkan oleh Allah SWT melalaui madrasah Ramadhan inilah yang menjadi titik balik penghambaan seorang manusia kepada Sang Khalik pencipta alam semesta Allah SWT. 

Proses ibadah yang dilakukan melalui terbit fajar hingga terbenam matahari memiliki konsekwensi untuk menahan diri dari hal yang dilarang oleh SWT. Menahan diri merupakan bagian dari prinsip keimanan apabila dibangun lebih jauh akan menghasilkan pribadi muslim yang kaffah dan berkemajuan serta berperadaban.

Ketika proses menahan diri yang terpatri dalam jiwa setiap insan maka akan mendorong proses nilai-nilai kehidupan yang menjunjung tinggi persaudaran ummat. 

Puasa akan mendorong seorang itu untuk hidup bersahaja, mensucikan jiwa meninggikannya di atas dimensi kebutuhan dan ketubuhan, serta dimensi keduniawian manusia. Maka akan Nampak pribadi yang mampu membangun keadaban yang saling welah asih, tidak korupsi yang akan merusa sendi-sendi moral etika keadaban bangsa.

Allah SWT Berfirman : "Dan janganlah kalian makan harta di antara kalian dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kalian menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kalian dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kalian mengetahui" (al-Baqarah 188).

Puasa Ramadhan pun mendidik kita untuk menjadi orang yang selalu bersimpati dan berempati kepada orang lain yaitu dengan menunanikan zakat,infaq dan Shodaqoh. Di situlah ada Keberkahan dalam setiap aktifitas langkah kehidupan kita yakini melalui Zakat, Infaq dan Shodaqoh yang kita berikan adanya rasa keberkahan akan mengantarkan kepada rasa kebahagian telah menunaikan amanat kebaikan terhadap sesama.

Hadis Rasulullah Muhammad Saw bersabda: Artinya "Telah datang kepada kalian semua Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad)

Kata berkah atau barakah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan. Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barakah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia." (suaramuhammadiyah.id)

Rasa kebahagian itu akan terus mendorong kepada perilaku perbuatan yang mendorong kepada nilai-nilai ketaqwaan dan keimanan. Pada akhirnya nanti bahagian ketika bertemu dengan Sang Pencipta Allah SWT. Taqwa akan membangun rasa kehatian-hatian dalam proses beribadah dan melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.

Tanda-tanda orang yang bertakwa dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'aala, di antaranya,  pada surat al-Baqarah (2):177 "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.."

Dalam tafsir kemenag dijelaskan maksud kalimat Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:

  • Memberikan harta kepada yang berhak memperolahnya ada beberapa yang harus kita pahami :
  • memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.
  • memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.
  • memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.
  • memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.
  • memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.
  • Mendirikan salat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
  • Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur'an apabila disebutkan perintah: "mendirikan salat", selalu pula diiringi dengan perintah: "menunaikan zakat", karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi. Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad saw wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.
  • Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw: Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.).
  • Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk.
  • (Sumber: quran.kemenag.go.id)

Membumikan pesan idul fitri dalam kandungan surat di atas merupakan rangkaian dari proses pembelajaran bagi kita untuk meningkatkan iman dan taqwa. Ramadhan yang akan meninggalkan kita sesaat lagi pasti kita akan meninggalkan banyak pesan moral yang dapat kita pelajari. Seperti yang terkandung dalam surat al baqoroh ayat 177 di atas. Tinggal bagaimana aktualisasi dalam sikap hidup 11 bulan setelah idul fitri.

Membumikan pesan Idul Fitri dapat membangun semangat rasa keberagaman yang tinggi dalam membangun keadaban dan peradaban kehidupan manusia. Rasa keberkahan akan berbuah manis dengan rasa kebahagian yang hakiki jika menjalankan perintah ajaran Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun