Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keliling Kota Jakarta

14 Januari 2023   22:34 Diperbarui: 14 Januari 2023   22:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Sabtu tanggal 14 Januari kami sekeluarga pergi ke rumah kerabat di daerah Matraman Jakarta Timur. Seperti biasanya menaiki kendaraan umum angkutan kota dan Bus Transjakarta. Pergi dari rumah bersama istri kedua orang putri ku sejak pukul 09.00 dan sinar matahari pagi pun terasa panas. Akan tetapi suasana panasnya pagi hari memberikan arti agar kita menjaga suasana kehangatan tubuh.

Pergi dari rumah aku memiliki dua maksud dan tujuan selain bersilaturahmi dengan kerabat dekat dan menikmati janji kepada seorang sahabat Pengurus Besar PGRI DR. Jejen Musfah beliau wakil sekjen PB PGRI dan Dosen di UIN Jakarta. Serta saya pun bertemu dengan rekan yang sehari-hari bergelut di Suara Guru mas Tyas. Keluar rumah untuk maksud memenuhi janji sekaligus memperertat tali silaturahmi sesama aktifis di PB PGRI.

Perjalanan ke Matraman pun ditempuh sekitar 1 jam 30 menit menggunakan transportasi publik bus transjakarta. Memakai transportasi publik yang telah disediakan oleh pemerintah perlu kita dukung dengan optimal. Sebagai bagian dari wujud kesadaran dan sikap kebanggaan akan produk hasil karya anak bangsa.

Setengah jam saya berada di rumah kerabat di matraman setelah itu bergeser seorang diri menuju Tanah Abang III dan Hotel Millenium Jakarta Pusat. Akan tetapi perjalanan ke Tanah Abang III dan hotel Millenium sedikit tersendat karena ada penutupan sekitar jalan merdeka selatan dan Utara. Sehingga bus Transjakarta yang bisanya dapat melaju di depan Balaikota Jakarta dan berhenti di Halte Balaikota dan monas harus menuju ke arah Juanda, pecenongan terakhir di Halte Harmoni. 

Sedikit kesal dengan penutupan jalan karena adanya kegiatan yang ada di depan Istana Presiden karena setelah transit di Harmoni sempat menunggu bus yang datang sedikit lama yang ke arah Blok M. Apalagi setelah naik bus transkajarta ke arah blok M dengan tidak melewati halte monas tapi memutar ke belok kiri sebelum RS Tarakan menuju jalan Fachrudin dan keluar di kantor kemenag Thamrin. Suasana macet pun tak terhindarkan mau keluar jalan Thamrin dari Jalan Jati Baru sudah sedikit tersendat. 

Hati pun sedikit gerunde dengan suasana perjalanan siang menuju Tanah Abang III dan Hotel Millenium Jakarta Pusat.  Suasana di dalam bus sedikit panas karena memang cuaca di luar bus juga terasa panas apalagi bus sedikit penuh. Setelah keluar ke Jalan Thamrin kau merasa plong sedikit karena sudah terjebak suasana macet selama 30 menit. Di Jalan Thamrin sedikit menikmati pemandangan pembangunan MRT tahap II yang menuju Kota Tua dan menikmati halte yang bergaya Kapal pesiar. 

Aku pun turun di halte Grand Indonesia atau Bunderan HI.  Kebetulan suasana di dalam Halte pun cukup dipenuhi penumpang yang akan  transit ke tujuan masing-masing bahkan terlihat anak-anak rombongan sekolah. Di halte Bundara HI sebentar aku naik ke lt 2 untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan santai sejenak.

Menikmati hasil koloborasi anak bangsa yang di gagas Gubernur Anis Baswedan bersama team di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dan juga para pekerja konstruksi bangunan halte. Desain yang unik dihadirkan di tengah kota Jakarta dengan nuansa modern dan kolaboratif menjadikan suasana kota yang membuat bahagia warganya. Terlihat para warga berswa foto di lantai 2 halte grand Indonesia menikmati suasana air mancur patung selamat datang yang digagas oleh pemerintahan era tahun 1960-an. Kemudian aku turun dan melanjutkan perjalananan ke halte Tosari dengan suasana halte yang sama dengan grand Indonesia. 

Suasana panas tapi beberapa warga nampak antusius untuk berswa foto di kedua halte tersebut. Serta suasana yang grundel di hati tadinya dengan melihat dan menyaksikan mahakarya anak bangsa maka suasana hati pun plong. Bagi saya berterimakasih kepada jajaran pemerintahan dan yang paling penting bertrimakasih kepada team konstruksi bangunan halte karena merekalah yang bekerja dari kepanasan hingga kehujanan mahakrya itu dapat kita nikmati bersama.

Dari sebuah ide dan gagasan yang dikonsep dengan narasi koloborasi maka terciptalah bangunan yang indah dan menawan. Apalagi saat ini halte tersebut sudah terdapat fasilitas Toilet dan Musholla sebagai tempat ibadah. Rasanya sangat senang sekali menikmati suasana halte tersebut dan pengen berlama-lama dan ingin berkunjung lagi nantinya. 

Setelah dari halte Tosari kemudian melanjutkan perjalanan menuju hotel Millenium di daerah Jati baru dan kemudian ke tanah abang III. Di hotel ini menepati janji kepada sahabat di Pengurus Besar PGRI untuk titian muhibah yang sebelumnya beliau berkunjung ke SMAN 25 Jakarta. Di PB PGRI aku pun dapat belajar dari orang-orang hebat dan penuh dedikasi memperjuang ide dan gagasannya tentang nasib pendidikan di Indonesia.

Aku belajar dari pengalaman orang-orang hebat yang mengelola organisasi PB PGRI dengan ragam keilmuan yang mereka miliki. Belajar dari pengalaman memberikan makna dan kesan bahwa proses pengembangan diri tak boleh berhenti. Konsep belajar sepanjang hayat perlu diterapkan hingga ajal menjemput. Catatan pengalaman saat perjalanan hari ini yang telah ku tunaikan janji dan ke rumah kerabat. Menepati janji merupakan salah satu tanda orang yang beriman kepada Allah. 

Setelah aku belajar sebentar kemudian pamit undur diri dengan teman ku untuk pulang ke rumah karena waktu yang telah menunjukkan sore hari. Naik transportasi publik bus transjakarta menuju halte Tosari sebelumnya kemudian transit menuju ke halte matraman. Ada dua arti perjalanan pada hari ini. Pertama menepati Janji dan bersilaturahmi merupakan sarana untuk menyempurnkan diri memperpanjang usia. 

Kedua. Menghargai hasil karya orang lain itu yang penting terkadang kita tak suka oleh pejabatnya padahal yang bekerja membangun fasilitas itu sejatinya para pekerja konstruksi bangunan. Memberikan rasa cacat bahkan terkadang mumbully di media sosial kepada para pejabatnya menghilangkan nilai empati dan simpati kepada para pekerjanya. Kemudian merusaknya mari kita periksa hati kita untuk selalu berfikir positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun