Setiap tahunnya negeri yang bernama nusantara atau swarna dwipa ini memperingati hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Sebuah peringatan dalam rangka mengenang perjuangan kaum perempuan pada masa kolonialisme hingga masa mileneal saat ini. Peran yang cukup signifikan dalam membangun bangsa dan Negara dalam mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh.
Bahkan lantunan dari lagu untuk menghargai kaum ibu dan perempuan selalu dinyanyikan seperti misalnya 1. Andmesh - Hanya Rindu, 2. Raisa - Lagu Untukmu 3. Mikha Tambayong - Tak Tergantikan 4. Melly Goeslow -- Bunda 5. Iwan Fals -- Ibu. Dan lain sebagainya. Begitu banyak syair lagu untuk mengenang jasa dan peran seorang Ibu serta Untuk mengungkapkan rasa cintanya terhadap ibu.
Pada sisi yang lain ada lantunan syair patriotic yang berjudul Ibu Pertiwi populer yang walaupun sering kali disebutkan bahwa ditulis oleh Ismail Marzuki, Kemudian berupa syair, puisi yang menggambarkan peran dari seorang ibu ditulis oleh ratusan orang para penyair. Hal ini begitu pentingnya peran seorang ibu dan perempuan dalam mendidik putra-putrinya utuk masa depannya.
Dalam catatan Wikipedia disebutkan bahwa Hari Ibu di Indonesia dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.
Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.
Perjalanan sejarah ini mencatat bahwa perjuangan kaum perempuan dalam merebut kemerdekaan ketika mereka berkumpul dalam pelaksanaan Kongres Perempuan 1 di Kota Yogyakarta. Tepatnya di Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Para perempuan Indonesia yang kekar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan juga berjuang mengangkat harkat derajat martabat keluarganya. Perjuangan yang gigih para perempuan Indonesia dalam merumuskan agenda perjuangan dalam menyelenggarakan Kongres Wanita I, II, III. Pada kongres wanita pada tahun 1950 diadakan suatu momen perayaan dengan melakukan pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.
Sejarah penting kaum perempuan adalah untuk pertama kalinya wanita diangkat menjadi menteri, dialah Maria Ulfah yang pada tahun 1950 diangkat sebagai Menteri Sosial yang pertama oleh Presiden Soekarno. Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan untuk dibuat sebuah monumen, dan pada tahun berikutnya dibangunlah Balai Srikandi.
Ketua Kongres pertama Ibu Sukanto melakukan peletakkan batu pertama pembangunan tersebut, dan pada tahun 1956 diresmikan Balai Srikandi oleh menteri Maria Ulfah. Dan akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen Balai Srikandi menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta.
Dirilis dalam situs Kominfo.go.id Peringtaan hari ibu tahun 2020 Mengangkat tema "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju" Tema yang merupakan sesuatu yang bermakna dalam mengangkat kehidupan kaum perempuan dan untuk memberikan perhatian serta pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai bidang pembangunan.
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga. Selama pandemi, terbuki perempuan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan keluarga dan masyarakat untuk mampu bertahan dan bangkit dari beragam kesulitan yang dihadapinya. Peran perempuan sebagai garda terdepan dalam mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19 sangat dirasakan mulai dari mengedukasi keluarga dan masyarakat untuk penerapan protokol kesehatan, terlibat dalam aksi-aksi solidaritas untuk membantu keluarga yang terpapar Covid-19 hingga dalam membangun ekonomi keluarganya.
Begitu tangguhnya seorang perempuan dia sebagai seorang ibu rumah tangga yang tugasnya luar biasa dominan dalam keluarganya. Dia berbagi dengan para lelaki yang berperan sebagai seorang suami kepala rumah tangga. Namun terkadang peran-peran itu ada yang berbanding terbalik bahkan ada juga seorang perempuan memainkan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarga Karena menghadapi berbagai macam ragam keadaan hidup.
Dalam buku Perempuan Perkasa: Belajar Praktik Kesetaraan dalam Budaya Suku Korowai yang ditulis oleh Rhidian Yasminta Wasaraka mengisahkan mengenai seorang perempuan dalam budaya Suku Korawai di Papua yang memiliki peran penting dalam keluarga dan menerapkan cinta dan kasih sayang.. Sstem kekerabatan patriarkat---menarik garis dari garis keturunan laki-laki, namun ternyata suku ini ternyata sangat menghormati sosok ibu terutama ibu dari istri. Suku yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan kesetaraan, hingga mereka tidak memiliki sistem kepemimpinan tetap seperti kepala suku, panglima perang ataupun raja.
Hal ini terjadi karena mereka menganut nilai bahwa semua manusia dan mahluk ciptaan berkedudukan sama, tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain, hingga mereka harus sama rata sama rasa. Akan tetapi sangat prihatin dalam persoalan pendidikan dan sekolah yang masih kurang. Serta kurangnya guru untuk mendidik dan mengajar mereka secara formal ilmu pengetahuan Kemudian soal kesehatan pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam catatn buku tersebut. (Rhidian Yasminta Wasaraka Perempuan Perkasa: Belajar Praktik Kesetaraan dalam Budaya Suku Korowai Copyright @2019 Papua Cendekia.)
Di tengah gelombang pasang kehidupan banyak cerita dan kisah tentang seorang ibu dan perempuan. Bagian yang terpenting adalah bagaimana kita menghormati dan menyayangi kaum Ibu Ungkapan sederhana ibu merupakan madrasah kehidupan bagi anak-anaknya. ibu, adalah manusia pertama yang mengajarkan hal-hal pertama bagi anaknya, semacam nama benda, membaca, menggambar atau mengaji, terutama sejak lahir hingga usia mulai bersekolah. Secara tradisional, tugas dari seorang ibu adalah mengurus dan memelihara anak dan menjaga kedaulatan dan ketertiban rumah (tangga), sang ayah (laki-laki) lebih banyak/ terfokus sebagai pemberi nafkah dan pelindung secara keseluruhan.
Pantaslah di dalam ajaran Islam, seorang ibu sangat dimulyakan keberadaannya. Ketika Nabi Muhammad ditanya, kepada siapa orang pertama kali kita harus berbuat baik? Nabi pun menjawab, "Ibumu". Jawaban itu diulangi sampai tiga kali, baru jawaban ke empat Nabi menyebut ayahmu. Pernyataan nabi ini menunjukkan bahwa betapa tingginya derajat seorang ibu. Betapa ibu dalam pengorbanannya dalam melayani dan membesarkan seorang anak, sehingga nabi sendiri menyebutnya sampai tiga kali kepada seorang anak untuk berbakti kepada ibunya.
Berpijak dari kesederhanaan dari seorang Ibu kita dapat belajar banyak untuk dapat mendarma baktikan hidup kita kepadanya. Ada nasehat dari nabi Muhammad SAW Surga itu da dibawah telapak kaki Ibu. Untuk mendapatkan surga Nya Allah kita harus patuh dan taat kepada nasehat Ibu. Kehidupan yang kita jalani saat ini berupa kesukseskan yang diraih merupakan ada terselip doa seorang ibu dan seorang istri dirumahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H