Sebuah pagi yang terlalu siang sepertinya sangat tepat menjadi judul hariku. Seperti biasa gerakan keduaku setelah meminum air putih adalah membuka pintu kos-kosan. Terlihat disana jemuran para penghuni kos yang lain dan terik matahari yang membuat shadow dan highlight yang keras memantul di tembok.Â
Â
Jam dinding menunjukan bahwa hari sudah siang bolong. Sebenarnya dari rupa sinar matahari yang memantul sudah menandakan bahwa hari sudah siang, namun untuk memastikan itu semua perhatianku langsung tertuju pada jam dinding yang selalu ditemani poster Bob Marley di samping kirinya.
Â
Kipas angin yang sengaja aku hadapkan ke dinding agar anginnya memantul ke tembok. Hal tersebut aku lakukan agar angin yang menyentuh kulitku tidak terlalu kencang. Disana ada buku Muhammad karya Martin Lings sisa bacaanku semalam sebelum terlelap tidur.
Â
Walaupun terlalu siang, namun kopi harus tetap ada. Karena kopi selalu memberikan semangat disetiap awal memulai sesuatu. Colokan yang ditancap charger hpku sengaja aku dekatkan agar setiap panggilan telepon dikala aku terlelap masih bisa terdengar.Â
Sebenarnya tidak ada yang menarik dalam cerita ini, namun aku mencoba untuk meramu kebiasaanku setiap hari kedalam bentuk foto story dan untuk mengingat setiap elemen yang ada disekelilingku. Semoga postingan ini mempunyai manfaat, walaupun hanya sekecil pasir dipantai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya