Aakash membawa Agnesh menuju sebuah minimarket untuk membelika obat. Disaat  perjalanan pun keduanya sama-sama diam, tak ada yang berniat membuka pembicaraan.
"Lho Kash, kok kesini? Aku mau ke sekolah aja," ujar Agnesh saat sedetik sebelum Aakash mematikan sepedanya di depan minimarket.
Aakash menghela napasnya kasar, jam sudah menunjukkan pukul 06.33. Jika dia melajukan sepedanya ke sekolah, masih memungkinkan jika keduanya tak akan terlambat. "Tapi luk-"
Belum sempat Aakash menyelesaikan perkatanyaan, Agnesh sudah menggelengkan kepalanya tegas. Kalau hari ini dia membolos lagi, Ayahnya akan kembali memukulinya, dan dia tidak mau hal itu terjadi. Â
Melihat gelengan dari Agnesh, Aakash hanya menganggukkan kepalanya lucu membuat Agnesh tertawa cekikikan. Hingga tanpa Aakash sadari, sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan indah saat melihat senyum di wajah gadis itu.
Aakash kembali menghidupkan sepedanya dan melajukannya dengan sangat hati-hati. Lelaki itu melirik sekilas wajah Agnesh dari kaca spion. Ujung bibir gadis itu sedikit sobek dan pipinya penuh dengan memar berwarna biru keunguan.
"Nesh, mending lo berangkat sama pulang sekolahnya sama gue aja gimana? Dari pada lo naik angkot," ujar Aakash ditengah-tengah hiruk pikuk suara di jalan.
Agnesh menggelengkan kepalanya, bisa-bisa Kailash semakin marah padanya. Melihat gelengan kepala itu membuat Aakash terdiam, mungkin dia hanya akan mengawasi Agnesh dari jauh.
20 menit berlalu, dan kini keduanya telah sampai di depan gerbang sekolah. Agnesh langsung turun dari sepeda Aakash. Beberapa murid yang berseliweran menatap ke arahnya, membuat gadis itu merasa tak nyaman.
Menarik napasnya panjang, Agnesh kemudian membenarkan tas punggungnya lalu melihat ke arah Aakash. Aakash menganggukkan kepalanya, menyuruh Agnesh untuk memasuki sekolah terlebih dahulu. Agnesh pun mulai melangkah dengan perlahan, tatapan para murid di sana semakin menatap Agnesh ketika dia berjalan dengan sedikit terseok-seok. Agnesh menunduk malu, wajahnya yang penuh dengan lebam dia sembunyikan dibalik geraian rambutnya. Dia tak ingin ada yang melihat wajahnya.
Agnesh berjalan dengan terus menunduk, tak berani mendongak. Beberapa kali dia meringis saat kakinya terasa sangat nyeri, sepertinya nanti Agnesh harus melihat tutorial mengurut kaki di YouTube. Dia terlalu sayang dengan uang tabungannya jika digunakan untuk membayar tukang pijit.