Mohon tunggu...
Indana Julfan
Indana Julfan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Nama saya: indana julfan, hobi saya: membaca

Nama saya indana julfan mahasiswa muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Klasik dan Implikasinya dalam Pembelajaran

21 Desember 2023   15:45 Diperbarui: 21 Desember 2023   15:47 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.  Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.  

McKeachie dalam Hamzah Uno menjelaskan bahwa teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Sedangkan Abudin Nata menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.  Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip umum atau kolaborasi antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme.

Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.

Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .

Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.

Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Fenomena pembelajaran dapat dijelaskan dan dimaknai oleh teori-teori belajar, oleh karena anda merupakan personel yang akan terlibat di dalampembelajaran maka pada bagian ini anda diajak berdiskusi tentang berbagai halyang berkaitan dengan teori-teori belajar dan implikasinya dalam suatu pembelajaran. Suatu teori bukan hanya dapat membantu dalam memahami fenomena pembelajaran, tetapi juga dapat menjelaskan dan memaknai setiap fenomena pembelajaran. Teori yang anda kuasai akan menjadi kerangka pikir dalam mengambil putusan pendidikan atau pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah, dan bahkan sebagai bagian hidup yang integratif.

Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori belajar akan saya paparksn beberapa teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran.

 

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar?

2. Apa saja Teori-teori Belajar?

 

C. Tujuan Penulisan

Dari penjelasan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori-teori dalam belajar.

2. Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip diterapkan dalam belajar.

3. Untuk menjelaskan teori-teori apa saja yang berkenaan dengan belajar.

4. Untuk menjelaskan faktor apa sajakah yang mempengaruhi belajar.

PEMBAHASAN
A. Teori Belajar
Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah mereka mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara  menyeluruh. Berawal dari kesulitan tersebut munculah beberapa persepsi berbeda dari para psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki inti kalau teori belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.
Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung. Dari interaksi tersebut, para psikolog menyusun proposisi yang mereka tekuni sehingga menghasilkan madzhab yang mereka ciptakan itu bisa digunakan sebagai landasan pola pikir mereka.
Belajar adalah "key term" yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, selain itu (Mustaqim dan Abdul Wahib,2010) mendefinisikan bahwa belajar itu adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau situasi-situasi di sekitar kita,dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan pengertian-pengertian yang baru ,atau sikap-sikap yang baru
Jadi dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasannya belajar itu adalah suatu proses perubahan,perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan  lahir tetapi juga perubahan batin ,tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak ,tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan negatif,tetapi perubahan yang positif ,yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.
Kata "belajar" itu sendiri sebenarnya sudah lama muncul didalam persefektif pendidikan,sejak dari manusia baru dilahirkan dimuka bumi hingga beranjak dewasa dan tua kegiatan belajar masih saja terus dilakukan,misalnya saja dalam perkembangan kecakapan berbicara,menurut fitrahnya setiap bayi yang normal memiliki potensi untuk cakap berbicara seperti ayah bundanya,namun kecakapan berbicara sang bayi itu takan pernah terwujud dengan baik tanpa upaya belajar walaupun proses kematangan perkembangan mulutnya telah selesai, melalui contoh tersebut dapat dipahami bahwa makna belajar sebenarnya sudah ada sejak manusia dilahirkan hanya saja seiring berjalannya waktu yang mengarah kepada kehidupan yang kontenporer belajar terus dikembangkan dan mendapatkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah negara termaksud Indonesia. Secara yuridis nasional Indonesia  mengatur sistem pendidikan (yang termasuk belajar) di dalam berbagai ketentuan konstitusional. Baik dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai produk peraturan perundang-undangan lainya.
 
B. Macam-macam Teori Belajar
1. Teori Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Pavlov mengadakan percobaan terhadap anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari hasil percobaannya, sinyal (pertanda memainkan peran yang sangat penting dalam akdaptasi hewan terhadap sekitarnya.
Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan pada tiga proses, yaitu: pertama, penyamarataan (generalization) sebab respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui keluarnya air liur; kedua, perbedaan (discimination) untuk merespon apabila ada perangsang makanan kemulutnya; ketiga, pemadaman (extinction) terjadi ketika stimulus disajikan berulang-ulang tanpa adanya stimulus berupa makanan.
Kesimpulan dari percobaan pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS), cepat atau lambat akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki dalam CR. Skinner berpendapat bahwa percobaan Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni: law of respondent conditioning atau hukum pembiasaan dan law of respondent extinction atau pemusnahan yang dituntut.
Pendekatan teori ini lebih menekankan pada peran stimulus dalam menghasilkan respon karena pengkondisian, mengasimilasikan sebagian besar atau seluruh fungsi dari refleks. Karena itulah Watson dijuluki sebagai pakar psikologi S-R (Stimulus-Response). Dalam percobaannya, Watson mengamati seorang balita yang pada awalnya tidak takut pada tikus. Ketika suatu saat balita tersebut memegang tikus, dia mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita tersebut menjadi takut dengan suara tiba-tiba dan keras sekaligus takut dengan tikus. Akhirnya tanpa suara keras pun balita tersebut takut dengan tikus.
Implikasi teori ini dalam pembelajaran dapat diilustrasikan sebagai berikut: jika guru menulis soal di papan tulis kemudian meminta siswa untuk mengerjakannya, seorang siswa maju kemudian mengerjakan soal akan tetapi jawaban yang diberikan salah. Guru tersebut langsung mencela tanpa menghargai usaha siswa. Suatu saat apabila guru tersebut meminta siswa untuk maju mengerjakan soal maka siswa akan takut untuk mengerjakan soal.
2. Teori Belajar Koneksionisme
Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond psychology.
Awal eksperimennya menggunakan kucing, ketika eksperimen awal ini berhasil maka ia melanjutkan pada hewan lainnya. Kucing dibiarkan kelaparan, kemudian ia dimasukkan kedalam kotak yang sudah dirancang khusus, sehingga jika kucing itu mnyentuh tombol pintu maka pintu itu akan terbuka dan ia dapat keluar dan mencapai daging yang dijadikan umpan diluar kandang. Pada usaha pertama  ia belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian berhasil menemukan tombol tersebut. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha pertama agak lama. Percobaan yang sam dilakukan secara berulang-ulang.
Dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan (trial and error), maka watu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu semakin singkat. Teori trial and error learning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya motif yang mendorong akktivitas.
b. Adanya berbagai respon terhadap situasi.
c. Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
d. Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.
Menurut thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun manusia, menggacu pada tiga hukumbelajar pokok, yaitu:
a. Law of Readiness adalah reaksi terhadap stimulus yang didukung kesiapan untuk bertindak dan reaksi itu menjadi memuaskan.
b. Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila dering digunakan akan semakin kuat melalui repetitton atau pengulangan
1) Law of Use: Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika ada latihan.
2) Law of Disuse: Hubungan stimulus respon bertambah lemah jika latihan dihentikan.
c. Law of Effect  ialah menunjukkan kepada makin kuat atau lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan.
3. Teori Belajar Kognitif
Isilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Teori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata masalah   respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya pengukuran dan pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.
Dalam aliran kognitif, penataan kondisi bukan sebaga penyembah terjadinya belajar, melainkan sekedar memudahkan belajar. Keaktifan individu dalam belajar menjadi unsur yang sangat penting dan menentukan kesuksesan belajar.
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Dalam perkembangan Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku mental dan berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, dengan pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang terpusat di otak berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
 
 
a. Pemahaman pencerahan (insight)
Menurut aliran Gesalt kegiatan belajar menggunakan insight adalah pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan antar bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.
Dalam teori belajar menurut Gestalt, yang terpenting dalam belajar adalah adanya penyesuaian pertama, yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti/memperoleh insight (pemahaman).
Insight barulah berfungsi bila ada persepsi terhadap masalahnya. Hilgard  memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight, sebagai berikut:
1) Insight itu dipengaruhi oleh kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar untuk belajar dengan insight ini.
2) Insight itu dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lampau yang relevan. Walaupun insight itu tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan, namun memiliki pengalaman masa lampau tersebut belum menjamin dapatnya memecahkan masalah. Jadi misalnya anak tidak dapat mengerjakan problem aljabar, kalau dia belum tahu menggunakan simbol-simbol dalam aljabar tersebut terlebih dahulu (dari masa lampau), tetapi anak yang telah menguasai simbol-simbol tersebut serta mengetahui cara-cara pemecahan problem dalam aljabar belum tentu dapat memecahkan problem tersebut. Disinilah letak perbedaan antara teori Gestalt dengan teori assosiasi yang beranggapan bahwa hanya memiliki pengalaman masa lampau yang diperlukan seseorang akan dapat memecahkan problem, sebab pemecahan-pemecahan problem berarti penerapan operation-operation yang telah dipelajari.
3) Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental. Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diambil. Apabila alat yang diperlukan untuk pemecahan problem itu dapat dibuat seakan-akan menjadi tidak mungkin, maka problem menjadi lebih sukar.
4) Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan hdala hal yang harus di cari. Sebelum dapat memperoleh insight orang harus sudah meninjau problemnya dari berbagai arah dan mencoba-coba memecahkan.
5) Belajar yang dengan Insight itu dapat diulangi. Jika sesuatu problem yang telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan, maka dia akan dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi.
6) Insight yang telah sekali di dapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Belajar yang disertai insight (insight full learning) biasanya mempunyai empat ciri.
1) Transisi dari pemecahan permulaan sampai pemecahan terjadi dengan tiba-tiba.
2) Pemecahan yang dilakukan dengan insight biasanya lancar dan bebas dari kesalahan.
3) Pemecahan masalah yang disertai insight, dipegang teguh untuk pertimbangan lamanya waktu.
4) Satu prinsip adanya insight adalah mudahnya aplikasi terhadap problem yang lain.
 
 
b. Teori belajar dari Kurt Lewin
Menurut teori ini adanya asosiasi tidak memberikan "motor penggerak" bagi aktivitas mental. Menurutnya, akan selalu ada tegangan yang perlu pada tiap aktivitas. Belajar merupakan perubahan dalam struktur kognitif, struktur kognitif ini berasal dari dua macam kekuatan, satu dari struktur dari medan kognisi dan lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Motivasi mempunyai pengaruh yang urgen dalam belajar dari hadiah dan hukuman.
Kurt Lewin menggambarkan hadiah atau hukuman sebagai situasi yang mengandung konflik. Apabila seorang ynag sedang belajr maka ia akan bertambah pengetahuannya sehingga ruang hidupnya akan menjadi lebih berdiferensiasi.
Perubahan struktur kognitif dapat terjadi karena pengulangan situasi, hal terpenting bukan ulangan itu terjadi, melainkan struktur kognitif yang berubah.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung
Macam-macam Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi daya dan teori mental state.
2. Teori Pembiasaan Klasik
Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan pada tiga proses, yaitu:
a. Penyamarataan (generalization).
b. Perbedaan (discimination).
c. Pemadaman (extinction).
3. Teori Belajar Koneksionisme
Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond psychology.
4. Teori Gestalt
Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan lingkungannya.
b. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.
c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.
d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.
e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.
5. Teori Belajar Kognitif
Teori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata masalah   respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya pengukuran dan pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.
6. Teori Operant Conditioning
Hukum-hukum belajar Operant Conditioning, diantaranya :
1) Law of operant conditining.
2) Law of operant extinction.
B. Saran
 Kami menyadri bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat. Tentunya masih banyak kekurangan dalam makalah kami, hal ini tak lepas dari kodrat kami sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami nantikan dari semua pihak.
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010.
 
Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
 
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
 
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
 
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun