Di sepanjang Jalan Imam Bonjol, Semarang, tepatnya di depan Gedung Keuangan Negara (GKN) II, terdapat sebuah warung sederhana yang tampak biasa saja, namun menyimpan daya tarik tersendiri bagi para pencinta kuliner. Warung yang dikenal dengan nama Warung Pak Mardi ini menawarkan berbagai hidangan khas Jawa seperti soto, sop, dan nasi rames yang selalu ramai diburu pelanggan, terutama di pagi hari.
Warung Pak Mardi bukan sekadar tempat makan biasa. Meskipun berdiri di area kaki lima, warung ini kerap dipenuhi pelanggan dari berbagai kalangan mulai dari pekerja kantoran, mahasiswa, hingga warga sekitar. Setiap pagi, antara pukul 07.00 hingga 10.00 WIB, pengunjung tampak hilir-mudik menikmati hidangan yang disajikan dengan cepat dan ramah oleh pemilik warung, Ibu Mardi.
Harga Terjangkau, Rasa Tak Tergantikan
Salah satu faktor yang menjadikan Warung Pak Mardi begitu populer adalah harga yang sangat terjangkau. Seporsi nasi soto atau sop hanya dibanderol mulai dari Rp5.000, sedangkan aneka gorengan dijual seharga Rp1.000 per potong. Dengan Rp10.000 saja, pelanggan sudah bisa menikmati seporsi nasi soto lengkap dengan gorengan dan minuman. Harga murah ini sangat bersahabat, terutama bagi mereka yang mencari sarapan praktis dan hemat di tengah kesibukan kota.
Kelezatan Menu Sederhana, Sajian yang Selalu Segar
Keunikan Warung Pak Mardi tidak hanya terletak pada harganya yang murah, tetapi juga kualitas hidangannya. Salah satu andalan warung ini adalah penyajian gorengan yang selalu dalam keadaan panas, karena digoreng dadakan di tempat. Menu gorengan seperti tempe, bakwan, dan tahu sering kali menjadi pendamping setia untuk soto atau sop. Bagi pecinta ceker ayam, Warung Pak Mardi juga menyediakan ceker yang bisa dinikmati dengan nasi sop atau soto, menambah kenikmatan sarapan.
Bukan hanya gorengan, setiap porsi soto dan sop yang disajikan juga terasa segar karena bahan-bahannya yang selalu diperbaharui setiap pagi. Ini membuat pelanggan merasa yakin bahwa makanan yang mereka konsumsi tetap terjaga kualitasnya.
Namun, karena tingginya minat pelanggan, Warung Pak Mardi biasanya sudah tutup menjelang siang hari. Banyak pelanggan yang sering kali kehabisan jika datang terlambat. "Biasanya jam 11.00 sudah habis semua. Kami hanya buka pagi karena stok makanan kami tidak banyak, tapi selalu habis," tambah Ibu Mardi.
Dukung UMKM, Berdayakan Usaha Lokal
Keberadaan Warung Pak Mardi juga menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Semarang. Meski sederhana, warung ini mampu bertahan selama bertahun-tahun dengan menyuguhkan cita rasa otentik dan harga yang sangat terjangkau. Dalam suasana ekonomi yang semakin menantang, usaha seperti ini memainkan peran penting dalam menyokong kesejahteraan masyarakat setempat.