Kala itu hujan sangat deras
Aku menatap rintik hujan dengan pandangan yang kosong
Air mata mulai jatuh seakan ada magnet yang manariknya
Rintik hujan ikut turun seiring dengan air mataku yang mulai berjatuhan
Rintik hujan seakan tau isi hati ku
Ia ikut jatuh membasahi bumi
Seakan ia ingin menutupi air mataku
Mungkin aku dan hujan memiliki nasib yang sama
Ya… Kami sama-sama tetap jatuh walaupun merasakan sakit yang sama
Aku yang terus jatuh kepada mu meski sudah berkali-kali merasakan sakit
Begitu juga dengan rintik hujan, ia tetap turun walau tau rasanya sakit jatuh berkali-kali
Rintik hujan…
Aku ingin mengungkapkan isi hatiku
Bukan saja isi hati ku tapi aku juga ingin mengungkapkan kegundahan hati ku
Kegundahan hati yang harus memilih mentap tapi terus tersakiti
Atau harus melepaskan hingga aku merasakan kehilangan
Tapi aku akan dianggap orang yang bodoh
jika aku tetap menetap padanya…
padanya yang jelas-jelas hanya menginginkan ku ketika aku dibutuhkan
dan akan mengacuhkanku jika aku tidak dibutuhkannya lagi
bisa diibaratkan aku dan kamu sama seperti payung…
payung yang dicari ketika rintik hujan membasahi bumi
payung yang seakan manjadi primadona yang diagung-agungkan di kala rintik hujan itu turun
Namun Payung tidak akan diinginkan lagi ketika seseorang  melihat pelangi
Mungkin kisah kita sampai disini saja yaaaaa…
Sama seperti rintik hujan ini yang memulai mereda
Yang mulai meredam kesedihannya
Dan berpamitan pada ku untuk pergi
Aku juga akan sama seperti rintik hujan ini
Mereda dan berpamitan padamu
Menyudahi rasa sakit ini
Dan membuat hidupku seperti pelangi
Yang indah ketika rintik hujan berpamitan pada bumi
Aku mundur……
Aku pamit…
Terimakasih untuk rasasakitnya
Sampai jumpa dirasa sesalmu nanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H